Wednesday, March 23, 2011

askep anak dengan hiv/aids




PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Infeksi HIV/AIDS ( Human immuno Deficiency Virus / Acquired Immune Deficiency Syndrom ) pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1981 pada orang dewasa homoseksual, sedangkan pada anak tahun 1983. enam tahun kemudian ( 1989 ), AIDS sudah termasuk penyakit yang mengancam anak di amerika. Di seluruh dunia, AIDS menyebabkan kematian pada lebih dari 8000 orang setiap hari saat ini, yang berarti 1 orang setiap 10 detik, karena itu infeksi HIV dianggap sebagai penyebab kematian tertinggi akibat satu jenis agen infeksius.
AIDS pada anak pertama kali dilaporkan oleh Oleske, Rubbinstein dan Amman pada tahun 1983 di Amerika serikat. Sejak itu laporan jumlah AIDS pada anak di Amerika makin lama makin meningkat. Pada bulan Desember di Amerika dilaporkan 1995 maupun pada anak yang berumur kurang dari 13 tahun menderita HIV dan pada bulan Maret 1993 terdapat 4480 kasus. Jumlah ini merupakan 1,5 % dan seluruh jumlah kasus AIDS yang dilaporkan di Amerika. Di Eropa sampai tahun 1988 terdapat 356 anak dengan AIDS. Kasus infeksi HIV terbanyak pada orang dewasa maupun pada anak – anak tertinggi didunia adalah di Afrika.
Sejak dimulainya epidemi HIV/ AIDS, telah mematikan lebih dan 25 juta orang, lebih dan 14 juta anak kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya karena AIDS. Setiap tahun juga diperkirakan 3 juta orang meninggal karena AIDS, 500 000 diantaranya adalah anak usia dibawah 15 tahun. Setiap tahun pula terjadi infeksi baru pada 5 juta orang terutama di negara terbelakang atau berkembang, dengan angka transmisi sebesar ini maka dari 37,8 juta orang pengidap infeksi HIV/AIDS pada tahun 2005, terdapat 2,1 juta anak- anak dibawah 15 tahun.
(WHO 1999)


B.     TUJUAN
1.   Mengetahui dan mempelajari tentang AIDS
2.   Mengetahui Asuhan Keperawatan yang bisa diberikan pada anak yang menderita AIDS.


BAB II
KONSEP DASAR


A.    PENGERTIAN
1.      Acquired immunodeficiency syndrom (AIDS) suatu gejala penyakit yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh atau gejala penyakit infeksi tertentu / keganasan tertentu yang timbul sebagai akibat menurunnya daya tahan tubuh (kekebalan) oleh virus yang disebut dengan HIV. Sedang Human Imuno Deficiency Virus merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang kemudian mengakibatkan AIDS. HIV sistem kerjanya menyerang sel darah putih yang menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk dalam limfosit yang disebut dengan T4 atau sel T penolong. ( T helper ), atau juga sel CD 4. HIV tergolong dalam kelompok retrovirus sub kelompok lentivirus. Juga dapat dikatakan mempunyai kemampuan mengopi cetak materi genetika sendiri didalam materi genetik sel - sel yang ditumpanginya dan melalui proses ini HIV dapat mematikan sel - sel T4. ( DEPKES: 1997 )
2.      AIDS adalah salah satu penyakit retrovirus epidemic menular, yang disebabkan oleh infeksi HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas seluler, dan mengenai kelompok resiko tertentu, termasuk pria homoseksual, atau biseksual, penyalahgunaan obat intra vena, penderita hemofilia, dan penerima transfusi darah lainnya, hubungan seksual dan individu yang terinfeksi virus tersebut. ( DORLAN 2002 )
3.      AIDS merupakan bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dan kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi. (Centre for Disease Control and Prevention)



B.     ETIOLOGI
Resiko HIV utama pada anak-anak yaitu:
  • Air susu ibu yang merupakan sarana transmisi
  • Pemakaian obat oleh ibunya
  • Pasangan sexual dari ibunya yang memakai obat intravena
  • Daerah asal ibunya yang tingkat infeksi HIV nya tinggi
( DEPKES 1997 )

C.    PATOFISIOLOGI
Virus AIDS menyerang sel darah putih ( limfosit T4 ) yang merupakan sumber kekebalan tubuh untuk menangkal berbagai penyakit infeksi. Dengan memasuki sel T4 , virus memaksa limfosit T4 untuk memperbanyak dirinya sehingga akhirnya menurun, sehingga menyebabkan tubuh mudah terserang infeksi dari luar (baik virus lain, bakteri, jamur atau parasit). Hal ini menyebabkan kematian pada orang yang terjangkit HIV / AIDS. Selain menyerang limfosit T4, virus AIDS juga memasuki sel tubuh yang lain, organ yang sering terkena adalah otak dan susunan saraf lainnya. AIDS diliputi oleh selaput pembungkus yang sifatnya toksik ( racun ) terhadap sel, khususnya sel otak dan susunan saraf pusat dan tepi lainnya yang dapat menyebabkan kematian sel otak. Masa inkubasi dan virus ini berkisar antara 6 bulan sampai dengan 5 tahun, ada yang mencapai 11 tahun, tetapi yang terbanyak kurang dari 11 tahun. (DEPKES 1997)

PEMBAGIAN STADIUM PADA HIV/AIDS
Secara umum kronologis perjalanan infeksi HIV dan AIDS terbagi menjadi 4 stadium :
1.      Stadium HIV
Dimulai dengan masuknya HIV yang diikuti terjadinya perubahan serologik ketika antibodi terhadap virus tersebut dan negatif menjadi positif. Waktu masuknya HIV kedalam tubuh hingga HIV positif selama 1-3 bulan atau bisa sampai 6 bulan ( window period )
2.      Stadium Asimptomatis ( tanpa gejala )
Menunjukkan didalam organ tubuh terdapat HIV tetapi belum menunjukan gejala dan adaptasi berlangsung 5 - 10 tahun.
3.      Stadium Pembesaran Kelenjar Limfe
Menunjukan adanya pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata ( persistent generalized lymphadenophaty ) dan berlangsung kurang lebih 1 bulan
4.      Stadium AIDS
Merupakan tahap akhir infeksi HIV. Keadaan ini disertai bermacam - macam penyakit infeksi sekunder
CARA PENULARAN
HIV menular dengan beberapa cara yaitu :
1.      Hubungan seksual dengan penderita AIDS
Penularan dapat terjadi melalui hubungan tanpa alat pelindung dengan penderita HIV. Air mani, cairan vagina dan darah dapat mengenai selaput lendir sehinggga HIV yang ada dalam cairan tersebut masuk kedalam cairan darah. Selain itu juga melalui lesi mikro pada di dinding alat tersebut yang terjadi saat hubungan seksual.
2.      Darah dan produk darah yang tercemar HIV / AIDS
Sangat cepat menularkan HIV karena langsung masuk kedalam pembuluh darah dan menyebar keseluruh tubuh
3.      Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril.
Alat pemeriksa kandungan dan alat-alat lain yang menyentuh darah, cairan vagina atau mani yang terinveksi HIV yang digunakan ke orang lain tanpa disterilkan dulu.
4.      Alat-alat untuk menoreh kulit
Jarum, silet, alat tato, pemotong rambut.
5.      Menggunakan jarum suntik yang bergantian
Jarum suntik pada fasilitas kesehatan, pengguna narkoba sangat berpotensi terjangkit HIV.
(CORWIN 2001)

D.    Manifestasi Klinis
Gejala mayor :
  • Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan
  • Diare kronis lebih dan 1 bulan berulang maupun terus menerus
  • Penurunan berat badan lebih dan 10% dalam 3 bulan ( 2 dan 3 gejala utama ).
Gejala minor
  • Batuk kronis selama 1 bulan
  • Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur candida albican
  • Pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh yang menetap
  • Munculnya herpes zosters berulang
  • Bercak – bercak dan gatal- gatal diseluruh tubuh
( DEPKES 1997 )



E.    
Retrovirus (HIV)
 
Pathway

F.     PENATALAKSANAAN MEDIS
Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah pencegahan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi apabila terinfeksi HIV maka terapinya yaitu :
1.      Pengendalian infeksi oportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi oportuniti, nosokomial, atau sepsis, tindakan ini harus dipertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan yang kritis.
2.      Terapi AZT (Azitomidin)
Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat enzim pembalik transcriptase.
3.      Terapi antiviral baru
Untuk meningkatkan aktivitas sistem immun dengan menghambat replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obatan ini adalah: didanosina, ribavirin, diedoxycytidine, recombinant CD4 dapat larut.
4.      Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron
5.      Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat replikasi HIV.
6.      Rehabilitasi bertujuan untuk memberi dukungan mental-psikologis, membantu megubah perilaku resiko tinggi menjadi perilaku kurang berisiko atau tidak berisiko, mengingatkan cara hidup sehat dan mempertahankan kondisi hidup sehat.
7.      Pendidikan untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan yang sehat, hindari sters, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi imun. Edukasi ini juga bertujuan untuk mendidik keluarga pasien bagaimana menghadapi kenyataan ketika anak mengidap AIDS dan kemungkinan isolasi dari masyarakat.



BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN
Pada pengkajian anak HIV positif atau AIDS pada anak rata-rata dimasa perinatal sekitar usia 9 –17 tahun.
Keluhan utama dapat berupa :
  • Demam dan diare yang berkepanjangan
  • Tachipnae
  • Batuk
  • Sesak nafas
  • Hipoksia
Kemudian diikuti dengan adanya perubahan :
  • Berat badan dan tinggi badan yang tidak naik
  • Diare lebih dan satu bulan
  • Demam lebih dan satu bulan
  • Mulut dan faring dijumpai bercak putih
  • Limfadenopati yang menyeluruh
  • Infeksi yang berulang (otitis media, faringitis )
  • Batuk yang menetap ( > 1 bulan )
  • Dermatitis yang mnyeluruh
Pada riwayat penyakit dahulu adanya riwayat transfusi darah ( dari orang yang terinfeksi HIV / AIDS ). Pada ibu atau hubungan seksual. Kemudian pada riwayat penyakit keluarga dapat dimungkinkan :
  • Adanya orang tua yang terinfeksi HIV / AIDS atau penyalahgunaan obat
  • Adanya riwayat ibu selama hamil terinfeksi HIV ( 50 % TERTULAR )
  • Adanya penularan terjadi pada minggu ke 9 hingga minggu ke 20 dari kehamilan
  • Adanya penularan pada proses melahirkan
  • Terjadinya kontak darah dan bayi.
  • Adanya penularan setelah lahir dapat terjadi melalui ASI
  • Adanya kejanggalan pertumbuhan (failure to thrife )
Pada pengkajian faktor resiko anak dan bayi tertular HIV diantaranya :
  • Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual
  • Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan yang berganti-ganti
  • Bayi yang lahir dan ibu dengan penyalahgunaan obat melalui vena
  • Bayi atau anak yang mendapat tranfusi darah atau produk darah yang berulang
  • Bayi atau anak yang terpapar dengan alat suntik atau tusuk bekas yang tidak steril
  • Anak remaja yang berhubungan seksual yang berganti-ganti pasangan
Gambaran klinis pada anak nonspesifik seperti :
  • Gagal tumbuh
  • Berat badan menurun
  • Anemia
  • Panas berulang
  • Limpadenopati
  • Hepatosplenomegali
  • Adanya infeksi oportunitis yang merupakan infeksi oleh kuman, parasit, jamur atau protozoa yang menurunkan fungsi immun pada immunitas selular seperti adanya kandidiasis pada mulut yang dapat menyebar ke esofagus, adanya keradangan paru, encelofati dll

B.     PEMERIKSAAN FISIK
1.      Pemeriksaan Mata
·         Adanya cotton wool spot ( bercak katun wol ) pada retina
·         Retinitis sitomegalovirus
·         Khoroiditis toksoplasma
·         Perivaskulitis pada retina
·         Infeksi pada tepi kelopak mata.
·         Mata merah, perih, gatal, berair, banyak sekret, serta berkerak
·         Lesi pada retina dengan gambaran bercak / eksudat kekuningan, tunggal / multiple
2.      Pemeriksaan Mulut
·         Adanya stomatitis gangrenosa
·         Peridontitis
·         Sarkoma kaposi pada mulut dimulai sebagai bercak merah datar kemudian menjadi biru dan sering pada platum (Bates Barbara 1998 )
3.      Pemeriksaan Telinga
·         Adanya otitis media
·         Adanya nyeri
·         Kehilangan pendengaran
4.      Sistem pernafasan
·         Adanya batuk yang lama dengan atau tanpa sputum
·         Sesak nafas
·         Tachipnea
·         Hipoksia
·         Nyeri dada
·         Nafas pendek waktu istirahat
·         Gagal nafas
5.      Pemeriksaan Sistem Pencernaan
·         Berat badan menurun
·         Anoreksia
·         Nyeri pada saat menelan
·         Kesulitan menelan
·         Bercak putih kekuningan pada mukosa mulut
·         Faringitis
·         Kandidiasis esofagus
·         Kandidiasis mulut
·         Selaput lendir kering
·         Hepatomegali
·         Mual dan muntah
·         Kolitis akibat dan diare kronis
·         Pembesaran limfa
6.      Pemeriksaan Sistem Kardiovaskular
·         Suhu tubuh meningkat
·         Nadi cepat, tekanan darah meningkat
·         Gejala gagal jantung kongestiv sekuder akibat kardiomiopatikarena HIV
7.      Pemeriksaan Sistem Integumen
·         Adanya varicela ( lesi yang sangat luas vesikel yang besar )
·         Haemorargie
·         Herpes zoster
·         Nyeri panas serta malaise
·         Aczematoid gingrenosum
·         Skabies
8.      Pemeriksaan sistem perkemihan
·         Didapatkan air seni yang berkurang
·         Annuria
·         Proteinuria
·         Adanya pembesaran kelenjar parotis
·         Limfadenopati
9.      Pemeriksaan Sistem Neurologi
·         Adanya sakit kepala
·         Somnolen
·         Sukar berkonsentrasi
·         Perubahan perilaku
·         Nyeri otot
·         Kejang-kejang
·         Encelopati
·         Gangguan psikomotor
·         Penururnan kesadaran
·         Delirium
·         Meningitis
·         Keterlambatan perkembangan
10.  Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal
·         Nyeri persendian
·         Letih, gangguan gerak
·         Nyeri otot ( Bates Barbara 1998 )

C.    PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Kemudian pada pemeriksaan diagnostik atau laboratorium didapatkan adanya anemia, leukositopenia, trombositopenia, jumlah sel T4 menurun bila T4 dibawah 200, fase AIDS normal 1000-2000 permikrositer., tes anti body anti-HIV ( tes Ellisa ) menunjukan terinfeksi HIV atau tidak, atau dengan menguji antibodi anti HIV. Tes ini meliputi tes Elisa, Lateks, Agglutination,dan western blot. Penilaian elisa dan latex menunjukan orang terinfeksi HIV atau tidak, apabila dikatakan positif harus dibuktikan dengan tes western blot.
Tes lain adalah dengan menguji antigen HIV yaitu tes antigen P24 ( dengan polymerase chain reaction - PCR ). Kulit dideteksi dengan tes antibody ( biasanya digunakan pada bayi lahir dengan ibu terjangkit HIV ).

D.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis atau masalah  keperawatan yang terjadi pada anak dengan HIV / AIDS antara lain :
1.      Resiko infeksi
2.      Kurang nutrisi
3.      Kurangnya volume cairan
4.      Gangguan intregitas kulit
5.      Perubahan atau gangguan membran mukosa
6.      Ketidakefektifan koping keluarga
7.      Kurangnya pengetahuan keluarga

E.     RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1.      Resiko infeksi
Resiko terjadinya infeksi pada anak dengan HIV /AIDS berhubungan dengan adanya penurunan daya tahan tubuh sekunder AIDS.
o   Tujuan :
Meminimalkan resiko terhadap infeksi pada anak
o   Rencana tindakan keperawatan
1.      Kaji perubahan tanda-tanda infeksi ( demam, peningkatan nadi, peningkatan kecepatan nafas, kelemahan tubuh atau letargi )
2.      Kaji faktor yang memperburuk terjadinya infeksi seperti usia, status nutrisi, penyakit kronis lain
3.      Monitor tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali, tanda vital merupakan indikator terjadinya infeksi
4.      Monitor sel darah putih dan hitung jenis setiap hari untuk monitor terjadinya neutropenia
5.      Ajarkan dan jelaskan pada keluarga dan pengunjung tentang pencegahan secara umum ( universal ), untuk menyiapkan keluarga dan pengunjung memutus rantai penularan
6.      Instruksikan ke semua pengunjung dan keluarga untuk cuci tangan setiap sebelum dan sesudah memasuki ruangan pasien
7.      Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian antibiotik, anyiviral, antijamur,
8.      Lindungi individu dan resiko infeksi dengan universal precaution
2.      Kurang Nutrisi ( kurang dari kebutuhan )
Nutrisi kurang dan kebutuhan  tubuh berhubungan dengan anoreksia, diare, nyeri
o   Tujuan :
Kebutuhan nutrisi dan pasien terpenuhi
o   Rencana tindakan keperawatan :
1.      Kaji status perubahan nutrisi dengan menimbang berat badan setiap hari
2.      Monitor asupan dan keluaran setiap 8 jam sekali dan turgor kulit
3.      Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
4.      Rencanakan makanan enternal dan parenteral
3.      Kurangnya Volume Cairan
Kurangnya volume cairan tubuh pada anak berhubungan dengan adanya infeksi oportunitis saluran pencernaan ( diare )
o   Tujuan :
Volume cairan tubuh dapat terpenuhi
o   Kriteria hasil :
a.    Asupan dan keluaran seimbang
b.    Kadar elektrolit tubuh dalam batas normal
c.    Nadi perifer teraba
d.    Penekanan darah perifer kembali dalam waktu kurang dan 3 detik
e.    Keluaran urin minimal 1-3 cc/kg BB per jam
o   Rencana tindakan keperawatan
1.      Berikan cairan sesuai indikasi dan toleransi
2.      Ukur masukan dan keluaran termasuk urin dan tinja
3.      Monitor kadar elektrolit dalam tubuh
4.      Kaji tanda vital turgor kulit, mukosa membran dan ubun-ubun tiap 4 jam
5.      Monitor urin tiap 6-8 jam sesuai dengan kebutuhan
6.      Kolaborasi pemberian cairan intravena sesuai kebutuhan
4.      Gangguan intregitas kulit
Gangguan intregitas kulit berhubungan dengan diare yang berkelanjutan ( kontak yang berulang dengan feces yang bersifat asam )
o   Tujuan :
Tidak terjadi gangguan intregitas kulit
o   Kriteria hasil :
Tidak ada tanda – tanda kulit terganggu serta kulit utuh, bersih
o   Rencana tindakan keperawatan :
1.      Ganti popok dan celana anak apabila basah
2.      Bersihkan pantat dan keringkan setiap kali buang air besar
3.      Gunakan salep atau lotion
5.      Perubahan atau Gangguan Mukosa Membran Mulut
Gangguan mukosa membran mulut berhubungan dengan lesi mukosa membran dampak dari jamur dan infeksi herpes
o   Tujuan :
Tidak terjadi gangguan mukosa mulut
o   Kriteria hasil
a         mukosa mulut lembab
b                    tidak ada lesi
c                     kebersihan mulut cukup
d                    anak dan orang tua mampu mendemonstrasikan tekhnik kebersihan mulut
o   Rencana Tindakan Keperawatan
1.      Kaji membran mukosa
2.      Berikan pengobatan sesuai dengan saran dan dokter
3.      Lakukan perawatan mulut tiap 2 jam
4.      Gunakan sikat gigi yang lembut
5.      Oleskan garam fisiologis tiap 4 jam dan sesudah membersihkan mulut
6.      Kolaborasi pemberian obat profilaksis ( ketokonazol, flukonazol ) selama pengobatan
7.      Gunakan antiseptik oral
8.      Check up gigi secara teratur
6.      Ketidakefektifan Koping Keluarga
Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan penyakit menahun dan progresif
o   Tujuan :
Koping keluarga efektif
o   Kriteria hasil :
a         Orang tua mapu mengekspresikan secara verbal tentang rasa takut
b        Orang tua mampu mengambil keputusan yang tepat
c         Orang tua tau cara memecahkan masalah serta menganalisis kekuatan diri dan dukungan sosial
o   Rencana tindakan keperawatan
1.      Konseling keluarga
2.      Observasi ekspresi orang tua tentang rasa takut, bersalah, dan kehilangan
3.      Diskusikan dengan orang tua tentang kekuatan diri dan mekanisme koping dengan mengidentifikasi dukungan sosial
4.      Libatkan orang tua dalam perawatan anak
5.      Monitor interaksi orang tua dan anak
6.      Monitor tingkah laku orang
7.      Kurang pengetahuan
Kurangnya pengetahuan pada keluarga berhubungan dengan perawatan anak yang kompleks dirumah
o   Tujuan :
Keluarga dapat mengungkapkan atau menjelaskan proses penyakit, penularan, pencegahan dan perawatan
o   Kriteria hasil :
a         Orang tua mampu menjelaskan secara global tentang diagnosism, proses penyakit dan kebutuhan home care
b                    Orang tua memahami daftar pengobatan, efek samping, dan dosis obat
c         Orang tua memahami tentang kebutuhan perawatan yang khusus bagi anak dan mengetahui bagaimana HIV menular
o   Rencana Tindakan keperawatan
1.      Kaji pemahaman tentang diagnosis, proses penyakit dan kebutuhan home care
2.      Jelaskan daftar pengobatan, efek samping obat dan dosis
3.      Jelaskan dan demonstrasikan cara perawatan khusus
4.      Jelaskan cara penularan HIV dan bagaimana cara pencegahannya
5.      Anjurkan cara hidup normal pada anak

























ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV/AIDS

KASUS:
Hari kamis TGL 12 September 2009 sekitar jam 10.30 WIB ibu Diah membawa  anaknya yang bernama Gunawan ke RS DR.KARIADI Semarang dengan alasan keadaan anaknya semakin hari tamabah, parah berat badannya  menurun, nafsu makannya berkurang, kurus,  demam secara terus menerus, diare,mual, muntah, kulitnya merah-merah dan luka yang tidak sembuh-sembuh. Dari data pemeriksaan Rumah Sakit, anak tersebut dikatakan terkena HIV/AIDS. Data ini didukung dari tanda-tanda : anoreksia, feses cair, lesi kulit, luka sukar sembuh,

A.    PENGKAJIAN
ANALISA KASUS
NO
DATA
PENYEBAB
MASALAH
1
DS:
·  demam secara terus menerus
·  kulitnya merah-merah
·  luka yang tidak sembuh-sembuh
DO:
·  lesi kulit
·  luka sukar sembuh
sistem imun menurun sehingga Tubuh mudah terserang infeksi dr luar (virus, bakteri, jamur, parasit), maka jika terjadi luka sukar untuk sembuh

Resiko terjadinya infeksi
2
DS:
·  berat badannya  menurun
·  nafsu makannya berkurang
·  kurus
·  mual
·  muntah
DO:
·  anoreksia
terjadi gangguan pada gastrointestinal dan kesulitan menelan sehingga nafsumakan berkurang serta mual, muntah
Nutrisi kurang dan kebutuhan  tubuh
3
DS:
·  diare
DO:
·  feses cair
terjadi infeksi pada gastrointestinal bisa menimbulkan diare

Kurangnya volume cairan tubuh
4
DS:
·  kulitnya merah-merah
·  luka yang tidak sembuh-sembuh
DO:
·  lesi kulit
·  luka sukar sembuh
system imun tubuh melemah menyebabkan tubuh tidak mampu untuk beradaptasi
Gangguan  integritas kulit














B.     DIAGNOSA DAN INTERVENSI

NO
DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
1
Resiko terjadinya infeksi pada anak dengan HIV /AIDS berhubungan dengan adanya penurunan system imun  tubuh

Tujuan : Bebas dari infeksi oportuniskit
Kriteria Hasil  : 
·     Mencapai masa penyembuhan luka / lesi
·     Tidak demam dan bebas dari pengeluaran / sekresi purulen dan tanda-tanda lain dari infeksi.

·         Pertahankan teknik septik dan antiseptik (cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan)
·         Pantau tanda-tanda vital


·         Kaji frekuensi / kedalaman pernafasan, perhatikan batuk spasmedik kering pada inspirasi dalam
·         Periksa adanya luka / lakuasi infasif, dan tanda-tanda inflamasi.







·         Gunakan sarung tangan dan shout selama kontak langsung yang akresi / sekresi
·         Pantau studi laboratorium, JDL dan periksa kultur / sensivitas lesi, darah, urine dan spuntum
·         Berikan antibiotik, entijamun / agen antimikroba.
·         Mengurangi resiko kontaminasi silang


·         Memberikan informasi data dasar upeneana, tindakan
·         Kongesti / distres pernafasan dapat mengidentifikasikan perkembangan PCP

·         Candidiasis oral, ks, herpes CMU dan Cyptococcus adalah penyakit umum dan memberi pengaruh pada membran kulit, perawatan infulsi aktual dapat mencegah supsis 
·         Mencegah penularan



·         Mengidentifikasi proses infeksi dan untuk menentukan metode perawatan
·         Menghambat proses infeksi



NO
DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
2
Nutrisi kurang dan kebutuhan  tubuh berhubungan dengan anoreksia

Tujuan : Kebutuhan nutrisi pada anak terpenuhi
Kriteria Hasil :
·     Terlihat adanya pertumbuhan BB anak
·     Nila-nilai laboratorium dalam batas normal
·     Bebas dari tanda malnutrisis / gagal untuk tumbuh (GUT)
·     untuk mengetahui cara pemberian makan dan kebutuhan khusus untuk anak.

·         Kaji BB dasar





·         Observasi koordinasi menghisap dan refleks menelan 
·          Insfeksi rongga mulut
·          Anjurkan pemberian makan alternatif dan konsulkan ibu mengenai resiko menyusui
·          Tinjau ulang diet sesuai usia dan tambahan makanan padat dan kemampuan perkembanan
·          Berikan nistat sesuai indikasi

·          Berikan makanan enteral / parenteral dengan tepat.

·         Anak resti GUT ditandai dengan BB menurun atau penambahan BB sedikit dari waktu lahir
·         Pola motorik oral abormal dapat merusak pemberian makan
·         Sariawan merusak kemampuan makan
·         HIV ada pada kolestrum serta ASI dan meskipun terbatas tetap ada beberapa resiko pada bai
·         Memberikan nutrisi optimal berdasarkan kebutuhan anak setelah pulang


·         Tindakan efektif untuk infeksi jemu oral
·         Kerusakan motorik dan adanya infeksi memerlukan alternatif teknik pemberian makanan untuk memenuhi kebutuhan diet.



NO
DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
3
Kurangnya volume cairan tubuh pada anak berhubungan dengan adanya infeksi oportunitis saluran pencernaan (diare )

Tujuan : Kebutuhan volume cairan terpenuhi
Kriteria Hasil  :
·         Membran mukosa lembab
·         Anak tampak rileks
·          Turgor kulit baik
·          Tanda-tanda vital stabil
·          Haluaran adekuat.

·         Kaji tanda-tanda vital
·         Catat pningkatan suhu dan durasi demam, berikan kompres hangat sesuai indikasi
·          Kaji turgor, membran mukosa dan rasa haus
·          Kaji intake dan output




·          Hilangkan makan yang potensial menyebabkan diare
·          Berikan cairan / elektrolit melalui NGT / IV



·          Pantau He / Hb


·          Berikan obat sesuai indikasi seperti anti ementik, anti diare, anti piretik
·         Indikasi dari volume cairan sirkulasi
·         Meningkatkan kebutuhan metabolisme dan diaforesis yang berlebihan
·          Indikator tidak langsung dari status cairan
·          Mempertahankan keseimbangan cairan, mengurangi rasa haus dan melembabkan membran mukosa 
·          Mungkin dapat mengurangi diare

·          Mendukung / memperbesar volume sirkulasi, terutama jika pemasukan oral tak adekuat
·          Bermanfaat dalam memperbaiki kebutuhan cairan
·          Mengurangi insiden muntah, menurunkan jumlah keenceran feces dan membantu mengurangi demam.

NO
DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
4
Gangguan  integritas kulit berhubungan dengan defisit imunologis, resti : penurunan tingkat aktivitas, perubahan sensasi, malnutrisi, perubahan status metabolisme.

Tujuan : Integritas kulit kembali normal
Kriteria Hasil  :
·         Tidak ada lagi lesi
·         Permukaan kulit normal.

·         Kaji tiap hari, catat warna, turgor, sirkulasi dan sensori
·          Pertahankan higiene kulit mis : masase dengan lotion dan krim

·          Autr posisi secara teratur, ganti seprei sesuai kebutuhan



·         Pertahankan sprai bersih, kering dan tidak berkeringat

·         Bersihkan area perianal

·          Gunting kuku anak secara teratur

·          Berikan matras / tempat tidur busa
·          Berikan obat-obatan topikal / sistemik sesuai indikasi.
·         Menentukan garis dasar perubahan dan melakukan intervensi yang tepat
·         Mempertahankan kebersihan karena kulit yang kering dapat menjadi barier infeksi
·         Mengurangi stress pada titik tekanan, meningkatkan aliran darah, kejaringan meningkatkan proses penyembuhan
·         Friksi kulit disebabkan kain yang berkerut dan basah
·         Mencegah maserasi yang disebabkna oleh diare
·         Kuku yang panjang meningkatkan resiko kerusakan dermal
·         Menurunkan istemia jaringan
·         Digunakan pada perawatan lesi kulit









BAB IV
PENUTUP


Kesimpulan
Infeksi HIV/AIDS pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1981 pada orang dewasa homoseksual, sedangkan pada anak tahun 1983. Enam tahun kemudian (1989), AIDS sudah termasuk penyakit yang mengancam anak di Amerika. Di seluruh dunia, AIDS menyebabkan kematian pada lebih dari 8000 orang setiap hari saat ini, yang berarti 1 orang setiap 10 detik, karena itu infeksi HIW dianggap sebagai penyebab kematian tertinggi akibat satu jenis agen infeksius.
AIDS (Aquired immuno deficiency syndrom ) merupakan kumpulan gejala akibat melemahnya daya tahan tubuh sebagai akibat dari infeksi virus HIV. Virus ini mempunyai sistem kerja menyerang jenis sel darah putih yang menangkal infeksi. Sehingga pada ornag yang mengidap HIV/AIDS akan mudah terserang infeksi atau virus dari luar.
Cara paling efektiv dan efisien untuk menanggulangi infeksi HIV pada anak secara universal adalah dengan mengurangi penularan dan ibu ke anaknya (mother-to-child-transmision ( MTCT )). Upaya pencegahan transmisi HIV pada anak menurut WHO dilakukan melalui 4 strategi, yaitu :
1.      Mencegah penularan HIV pada wanita usia subur
2.      Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada wanita HIV
3.      Mencegah penularan HIV dan ibu HIV hamil ke anak yang akan dilahirkannya dan memberikan dukungan.
4.      Layanan dan perawatan berkesinambungan bagi pengidap HIV




DAFTAR PUSTAKA


Mansjoer. dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3 . FK UI : Jakarta
Munijaya, Gdde. 1999 . AIDS di Indonesia . Jakarta : EGC
http://childrenhivaids.wordpress.com/
http://www.who.int/hiv/paediatric/en/index.html.
Sudoyo, W.A 2006 . Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
World Health Organization. Paediatric HIV and treadment of cildren living with
HIV.
www.google/AIDSpadaanak.com
www.google/asuhankeperawatananakdenganAIDS.com

2 comments:

  1. BERMANFAAT BGT THANK YOU

    ReplyDelete
  2. Terima Kasih Atas penjelasan Askep'a yaa..... dengan Askep yg Anda Uraikan Di Atas, Makalah saya biSa Terselesaikan dengaN sEmpurna....
    Thank's..

    ReplyDelete