Monday, March 18, 2019

ASUHAN KEPERAWATAN BRONKIEKTASIS


ASUHAN KEPERAWATAN BRONKIEKTASIS
A.    Pengertian Bronkiektasis
Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi (ektasis) bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Kelainan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang terkena umumnya adalah bronkus kecil (medium size), sedangkan bronkus besar jarang terkena.
Bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus yang abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis dan muscular dinding bronkus ( Soeparman & Sarwono, 1990)

            Bronkiektasis berarti suatu  dilatasi yang tak dapat pulih lagi dari bronchial yang disebabkan oleh episode pnemonitis  berulang dan memanjang, aspirasi benda asing, atau massa ( mis. Neoplasma) yang menghambat lumen bronchial dengan obstruksi ( Hudak & Gallo,1997).  

         Bronkiektasis adalah dilatasi permanen abnormal dari salah satu atau lebih cabang-vabang bronkus yang besar ( Barbara E, 1998).

B.       Klasifikasi Bronkiektasis
Berdasarkan atas bronkografi dan patologi bronkiektasis dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1.      Bronkiektasis silindris
2.      Bronkiektasis fusiform
3.      Bronkiektasis kistik atau sakular.

C.      ETIOLOGI
Bronkiektasis bisa disebabkan oleh:
  1. Infeksi pernafasan
    - Campak
    - Pertusis
    - Infeksi adenovirus
    - Infeksi bakteri contohnya Klebsiella, Staphylococcus atau Pseudomonas Influenza
    - Tuberkulosa
    - Infeksi jamur
    - Infeksi mikoplasma
  2. Penyumbatan bronkus
    - Benda asing yang terisap
    - Pembesaran kelenjar getah bening
    - Tumor paru
    - Sumbatan oleh lendir
  3. Cedera penghirupan
    - Cedera karena asap, gas atau partikel beracun
    - Menghirup getah lambung dan partikel makanan
  4. Keadaan genetik
    - Fibrosis kistik
    - Diskinesia silia, termasuk sindroma Kartagener
    - Kekurangan alfa-1-antitripsin
  5. Kelainan imunologik
    - Sindroma kekurangan imunoglobulin
    - Disfungsi sel darah putih
    - Kekurangan koplemen
    - Kelainan autoimun atau hiperimun tertentu seperti rematoid artritis, kolitis ulserativa


D.      MANIFESTASI KLINIS
Gejalanya bisa berupa:
·           Batuk menahun dengan banyak dahak yang berbau busuk
·           Batuk darah
·           Batuk semakin memburuk jika penderita miring
·           Sesak nafas yang semakin memburuk jika penderita melakukan aktivitas
·           Penurunan berat badan
·            Mudah lelah
·            Clubbing fingers (jari-jari tangan menyerupai tabuh genderang)
·           Wheezing (bunyi nafas mengi/bengek)
·           Warna kulit kebiruan
·           Pucat
·           Gejala sering dimulai pada saat anak-anak, 60% gejala timbul sejak pasien berusia 10 tahun. Gejala yang timbul tergantung dari luas, berat, lokasi, serta ada atau tidaknya komplikasi. Gejala tersering adalah batuk kronik dengan sputum yang banyak. Batuk dan pengeluaran sputum dialami paling sering pada pagi hari, setelah tiduran atau berbaring pada posisi yang berlawanan dengan sisi yang mengandung kelainan bronkektasis.
·           Pada bronkektasis ringan atau yang hanya mengenai satu lobus saja, mungkin tidak terdapat gejala. Kalaupun ada biasanya batuk bersputum yang menyertai batuk-pilek selama 1-2 minggu. Komplikasi pneumonia jarang dan progresivitasnya lambat.
·           Pada bronkiektasis berat, pasien mengalami batuk terus-menerus dengan sputum yang banyak (200-300 ml) yang bertambah berat bila terjadi infeksi saluran napas atas. Biasanya dapat diikuti dengan demam, nafsu makan berkurang, berat badan turun, anemia, nyeri pleura, malaise. Sesak napas dan sianosis timbul pada kelainan yang luas. Hemoptisis mungkin merupakan satu-satunya gejala, sebab itu bronkiektasis harus dipikirkan bila terdapat hemoptisis yang tidak jelas sebabnya.
E.       Penatalaksanaan
Terapi yang dilakukan bertujuan untuk :
1.   Meningkatkan pengeluaran sekret trakeobronkial. Drainase postural dan latihan fisioterapi untuk pernapasan dan batuk yang produktif, agar sekret dapat dikeluarkan secara maksimal.
2.   Mengontrol infeksi, terutama pada fase eksaserbasi akut. Pilihan antibiotik berdasarkan pemeriksaan bakteri dari sputum dan resistensinya. Sementara menunggu hasil biakan kuman, dapat diberikan antibiotik spektrum luas seperti ampisilin, kotrimoksazol, dan amoksisilin. Antibiotik diberikan sampai produksi sputum minimal dan tidak purulen. Pengobatan diperlukan untuk waktu yang lama bila infeksi paru yang diderita telah lanjut.
3.  Mengembalikan aliran udara pada saluran napas yang mengalami obstruksi,. Bronkodilator diberikan selain untuk mengatasi bronkospasme, juga untuk meperbaiki drainase sekret. Alat pelembab dan nebulizer dapat dipakai untuk melembabkan sekret. Bronkoskopi kadang-kadang perlu untuk pengangkatan benda asing atau sumbatan mukus. Pasien dianjurkan untuk menghindari rangsangan bronkus dari asap rokok dan polusi udara yang tercemar berat dan mencegah pemakaian obat sedatif dan obat yang menekan refleks batuk.
4.   Operasi hanya dilakukan bila pasien tidak menunjukkan perbaikan klinis setelah mendapat pengobatan konservatif yang adekuat selama 1 tahun atau timbul hemoptisis yang masif. Pertimbangan operasi berdasarkan fungsi pernapasan, umur, keadaan, mental, luasnya bronkiektasis, keadaan bronkus pasien lainnya, kemampuan ahli bedah dan hasil terhadap pengobatan.





G.    Pemeriksaan Penunjang
1.   Pemeriksaan Laboratorium
Sputum biasanya berlapis tiga. Lapisan atas terdiri dari busa, lapisan tengah adalah sereus dan lapisan bawah terdiri dari pus atau sel-sel rusak. Sputum yang berbau busuk menunjukkan infeksi oleh kuman anaerob. Pemeriksaan darah tepi menunjukkan hasil dalam batas normal, demikian pula dengan pemeriksaan urin dan EKG, kecuali pada kasus lanjut.

2.   Pemeriksaan Radiologi
Foto thoraks normal tidak menyingkirkan kemungkinan penyakit ini. Biasanya didapatkan corakkan paru menjadi lebih kasar dan batas-batas corakkan menjadi kabur, daerah yang terkena corakkan tampak mengelompok, kadang-kadang ada gambaran sarang tawon serta kistik yang berdiameter sampai 2 cm dan kadang-kadang terdapat garis-garis batas permukaan udara-cairan.
























BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
1.      Identitas pasien
Berisi tentang nama, umur, pendidikan, pekerjaan, bangsa, medis, alamat, tanggal MRS, tanggal pengkajian, dan diagnosa.
2.      Identitas Penaggungjawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, bangsa,alamat dan hubungan dengan klien.
3.      Keluhan utama saat pengkajian
Keluhan utama yang muncul pada pasien dengan gangguan pernafasan (bronkiektasis) adalah masalah yang dialamai saat itu juga pada pasien.
4.      Riwayat Sekarang
·         Data Umum Kesehatan
§  Apakah ada masalah dengan kesehatan khusus
§  TTV
§  Apakah sedang mengkonsumsi obat , jika iya sebutkan jenis obat apa yang diminum
§  Apakah ada alergi
§  Bagaimana pola fungsi kesehatannya:
(Pola persepsi kesehatan, pola nutrisi, pola eliminasi uri dan alvi, pola aktivitas, pola istirahat/tidur, pola kognitif perseptual, konsep diri, pola peran-hubungan, seksualitas-reproduksi, koping toleransi stress, dan nilai kepercayaan)
·         Riwayat atau adanya faktor-faktor penunjang
o    Merokok produk tembakau sebagai factor penyebab utama
o    Tinggal atau bekerja daerah dengan polusi udara berat
o    Riwayat alergi pada keluarga
o    Ada riwayat asam pada masa anak-anak.


·         Pemeriksaan fisik berdasarkan focus pada system pernafasan yang meliputi:
o    Kaji frekuensi dan irama pernafasan
o    Inpeksi warna kulit dan warna menbran mukosa
o    Auskultasi bunyi nafas
o    Pastikan bila pasien menggunakan otot-otot aksesori bila bernafas :
      • Mengangkat bahu pada saat bernafas
      • Retraksi otot-otot abdomen pada saat bernafas
      • Pernafasan cuping hidung
o    Kaji bila ekspansi dada simetris atau asimetris
o    Kaji bila nyeri dada pada pernafasan
o    Kaji batuk (apakah produktif atau nonproduktif). Bila produktif tentukan warna sputum.
o    Tentukan bila pasien mengalami dispneu atau orthopneu
o    Kaji tingkat kesadaran.
·         Pemeriksaan diagnostik meliputi :
o    Gas darah arteri (GDA) menunjukkan PaO2 rendah dan PaCO2 tinggi
o    Sinar X dada memunjukkan peningkatan kapasitas paru dan volume cadangan
o    Klutur sputum positif bila ada infeksi
o    Esei imunoglobolin menunjukkan adanya peningkatan IgE serum
o    Tes fungsi paru untuk mengetahui penyebab dispneu dan menentukan apakah fungsi abnormal paru ( obstruksi atau restriksi).
o    Tes hemoglobolin.
o    EKG ( peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF dan aksis vertikal.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Ketidak efektifan  bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret atau sekresi kental.
  1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah, produksi sputum, dispneu

I
NTERVENSI KEPERAWATAN
v 

17
 

17
 
Diagnosa I :
Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret, sekret kental.
Tujuan :
Mempertahakan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/jelas.
Kriteria hasil :
Menujukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas( batuk yang efektif, dan mengeluarkan secret.
Rencana Tindakan :

  1. 17
     
    Kaji /pantau frekuensi pernafasan.Catat rasio inspirasi dan ekspirasi
    R/ Tachipneu biasanya ada pada beberapa derajat dapat ditemukan pada penerimaan atau selam stress/ proses infeksi akut. Pernafasan melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang disbanding inspirasi
  1. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas
    R/ Derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat /tak dimanisfestasikan adanya bunyi nafas.
  1. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman,Tinggi kepala tempat tidur dan duduk pada sandaran tempat tidur
    R/ Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan mempergunakan gravitasi. Dan mempermudah untuk bernafas serta membantu menurunkan kelemahan otot-otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.
  1. Bantu latihan nafas abdomen atau bibir
    R/ Untuk mengatasi dan mengontrol dispneu dan menurunkan jebakan udara
  1. Observasi karakteriktik batuk dan Bantu tindakan untuk efektifan upaya batuk
    R/ Mengetahui keefktifan batuk
  1. Tingkatan masukan cairan samapi 3000ml/hari sesuai toleransi jantung serta berikan hangat dan masukan cairan antara sebagai penganti makan
    R/ Hidrasi membantu menurunkan kekentalan secret,mempermudah pengeluaran.cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.
    Cairan antara makan dapat meningkatkan distensi gaster dan tekana diafragma.
  1. Berikan obat sesuai indikasi
    R/ Mempercepat proses penyembuhan.
v  Diagnosa Keperawatan II :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah,produksi sputum, dispneu.
Tujuan :
Peningkatan dalam status nutrisi dan berta badan pasien
Kriteria hasil :
Pasien tidak mengalami kehilangan berat badan lebih lanjut atau mempertahankan berat badan.
Rencana tindakan :
  1. Pantau masukan dan keluaran tiap 8 jam, jumlah makanan yang dikonsumsi serta timbang berta badan tiap minggu.
    R/ Untuk mengidentifikasi adanya kemajuan atau penyimpangan dari yang diharapkan.
  1. Ciptakan suasana yang menyenangkan ,lingkungan yang bebas dari bau selama waktu makan
    R/ suasana dan lingkungan yang tak sedap selama waktu makan dapat meyebakan anoreksia.
  1. Rujuk pasien ke ahli diet untuk memantau merencanakan makanan yang akan dikonsumsi
    R/ Dapat membantu pasien dalam merencanakan makan dengan gisi yang sesuai.
  1. Dorong klien untuk minum minimal 3 liter cairan perhari, jika tidak mendapat infus.
    R/ untuk mengatasi dehidrasi pada pasien.

17
 

17
 

17
 

17
 
 

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bronkiektasis merupakan kelainan morfologi yang terdiri dari pelebaran bronkus yang abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis dan muskular dinding bronkus(kapsel). Kelainan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang terkena umumnya adalah bronkus kecil (medium size), sedangkan bronkus besar jarang terkena
Penyebab bronkiektasis sampai sekarang masih belum diketahui dengan jelas. Pada kenyataannya kasus-kasus bronkiektasis dapat timbul secara kongenital maupun didapat
Bronkiektasis pada umumnya terjadi oleh karena obstruksi dan inflamasi pada saluran napas. Obstruksi dan inflamasi bisa disebabkan oleh infeksi akut tuberkulosis, adenovirus, measles, Mycobacterium avium, atau Aspergillus fumigatus.

















DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer, Suprohaitan, Wahyu Ika W, Wiwiek S. Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media Aesculapius. FKUI Jakarta. 2000.
Carpenito, L.J., (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2 Jakarata : EGC
Doenges E. Marlynn, Rencana Asuhan Keperawatan , 2000, EGC, Jakarta.
Mansjoer, A. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Ed.3. Jakarta. Penerbit Media Aesculapius.


























No comments:

Post a Comment