A.
PENGERTIAN
Tuli ialah keadaan dimana orang tidak
dapat mendengar sama sekali (total deafness), suatu bentuk yang ekstrim
dari kekurangan pendengaran. Istilah yang sekarang lebih sering digunakan ialah
kekurangan pendengaran (hearing-loss)
(Louis,1993).
Anatomi
Fisiologi Telinga
Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
1. Telinga Luar, terdiri dari :
a.
Pinna/Aurikel/Daun Telinga
Pinna
merupakan gabungan tulang rawan yang diliputi kulit, melekat pada sisi
kepala.Pinna membantu mengumpulkan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang
kanalis auditorius eksternus.
b.
Liang Telinga/Kanalis Autikus
Externus (KAE)
Memiliki
tulang rawan pada bagian lateral dan bertulang pada bagian medial, seringkali
ada penyempitan liang telinga pada perbatasan tulang rawan ini.
c.
Kanalis Auditorius Exsternus
Panjangnya
sekitar 2,5 cm, kulit pada kanalis mengandung kelenjar glandula seruminosa yang
mensekresi substansi seperti lilin yang disebut juga serumen. Serumen mempunyai
sifat antibakteri dan memberikan perlindungan kulit. Kanalis Auditorius
Eksternus akan berakhir pada membran timpani.
2.Telinga Tengah, terdiri dari :
a.
Membran Timpani/Gendang Telinga
membatasi telinga luar dan tengah.
Merupakan
suatu bangunan berbentuk kerucut dengan puncak-nya umbo mengarah ke medial.
Membrane timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis, lapisan fibrosa, tempat
melekatnya tangkai malleus dan lapisan mukosa di bagian dalamnya.
b.
Kavum Timpani
Dimana terdapat rongga di dalam
tulang temporal dan ditemu-kan 3 buah tulang pendengaran yang meliputi :
1)
Malleus, bentuknya seperti palu,
melekat pada gendang telinga.
2)
Inkus, menghubungkan maleus dan
stapes.
3)
Stapes, melekat pda jendela oval di
pintu masuk telinga dalam.
c.
Antrum Timpani
Merupakan
rongga tidak teratur yang agak luas terletak dibagian bawah samping kavum
timpani, antrum dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan dari lapisan
mukosa kavum timpani, rongga ini berhubungan dengan beberapa rongga kecil yang
disebut sellula mastoid yang terdapat dibelakang bawah antrum di dalam tulang
temporalis.
d.
Tuba Auditiva Eustakhius
Dimana
terdapat saluran tulang rawan yang panjangnya ± 3,7 cm berjalan miring kebawah
agak ke depan dilapisi oleh lapisan mukosa. Tuba Eustakhius adalah saluran
kecil yang memungkinkan masuknya udara luar ke dalam telinga.
3.Telinga Dalam, terdiri dari :
Telinga
dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengaran
(koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII
(nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan
bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun
tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak
membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan
dengan keseimbangan.
B.
ETIOLOGI
Penurunan fungsi pendengaran bisa
disebabkan oleh : Suatu masalah mekanis di dalam saluran telinga atau di dalam
telinga tengah yang menghalangi penghantaran suara (penurunan fungsi
pendengaran konduktif) yaitu :
1. Kerusakan pada telinga dalam,
saraf pendengaran atau jalur saraf
Pendengaran
di otak (penurunan fungsi pendengaran sensorineural).
2. Penurunan fungsi pendengaran
sensorineural dikelompokkan menjadi :
a.
Penurunan fungsi pendengaran
sensorik (jika kelainannya terletak pada telinga dalam.
b.
Penurunan fungsi pendengaraan neural
(jika kelainannnya terletak pada saraf pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak).
3. Penurunan fungsi pendengaran
sensorik bisa merupakan penyakit keturunan
Tetapi mungkin juga disebabkan oleh :
a. Trauma akustik (suara yang sangat
keras)
b. Infeksi virus pada telinga dalam
c. Obat-obatan tertentu
d. Penyakit meniere.
4. Penurunan fungsi pendengaran
neural bisa disebabkan oleh :
a. Tumor oatak yang juga menyebabkan kerusakan pada saraf-saraf
disekitarnya dan
batang otak
b.
Infeksi
c.
Berbagai penyakit otak dan saraf (misalnya stroke)
d. Dan beberapa penyakit keturunan
(misalnya penyakit Refsum).
5. Pada anak-anak,kerusakan saraf
pendengaran bisa terjadi akibat :
a. Gondongan
b. Campak jerman (rubella)
c. Meningitis
d. Infeksi telinga dalam.
Kerusakan jalur saraf pendengaran di otak bisa terjadi
akibat penyakit demielinasi (penyakit
yang menyebabkan kerusakan pda selubung saraf).
C.
GEJALA
KEHILANGAN PENDENGARAN
1) Deterlorisasi wicara
Individu yang bicara dengan bagian akhir kata tidak jelas atau dihilangkan, atau mengeluarkan kata-kata bernada datar, mungkin karena tidak mendengar dengan baik, Telinga memandu suara, baik kekerasan maupun ucapannya.
1) Deterlorisasi wicara
Individu yang bicara dengan bagian akhir kata tidak jelas atau dihilangkan, atau mengeluarkan kata-kata bernada datar, mungkin karena tidak mendengar dengan baik, Telinga memandu suara, baik kekerasan maupun ucapannya.
2) Keletihan
Bila Individu merasa mudah lelah ketika mendengarkan percakapan atau pidato, keletihan bisa disebabkan oleh usaha keras untuk mendengarkan. Pada keadaan ini, Individu tersebut menjadl mudah tersinggung.
Bila Individu merasa mudah lelah ketika mendengarkan percakapan atau pidato, keletihan bisa disebabkan oleh usaha keras untuk mendengarkan. Pada keadaan ini, Individu tersebut menjadl mudah tersinggung.
3) Acuh
Individu yang tak bisa mendengar perkataan orang lain mudah mengalami depresi dan ketidaktertarikan terhadap kehidupan secara umum. Menarik dlri dari sosial Karena tak mampu rnendengar apa yang terjadi di sekitarnya.
Individu yang tak bisa mendengar perkataan orang lain mudah mengalami depresi dan ketidaktertarikan terhadap kehidupan secara umum. Menarik dlri dari sosial Karena tak mampu rnendengar apa yang terjadi di sekitarnya.
4) Rasa tak nyaman
Kehilangan rasa percaya diri dan takut berbuat salah menciptakan suatu perasaan
tak aman pada kebanyakan orang dengan gangguan pendengaran. Tak ada seorang pun
yang menginglnkan untuk mengatakan atau melakukan hal yang salah yang cenderung
membuatnya nampak bodoh. Tak mampu membuat keputusan-prokrastinal.Kehilangan
kepercayaan diri membuat seseorang dengan gangguan pendengaran sangat kesulitan
untuk membuat keputusan.
5) Kecurigaan
Individu dengan kerusakan pendengaran, yang sering hanya mendengar sebagian
dari yang dikatakan, bisa merasa curiga bahwa orang lain membicarakan dirinya
atau bagian percakapan yang berhubungan dengannya sengaja diucapkan dengan
lirih sehingga la tak dapat mendengarkan
6) Kebanggaan semu
Individu dengan kerusakan pendengaran berusaha menyembunyikan kehilangan pendengarannya. Konsekwensinya, ia sering berpura-pura mendengar padahal sebenarnya tidak.
Kesepian dan ketidak bahagiaan Meskipun setiap orang selalu menginginkan ketenangan, namun kesunyian yang dipaksakan dapat membosankan bahkan kadang menakutkan. Individu dengan kehilangan pendengaran sering merasa (terasing)
7) Kesulitan dalam mendengarkan percakapan, terutama jika di sekelilingnya berisik
8) Terdengar gemuruh atau suara berdenging di telinga (tinnitus)
9) Tidak dapat mendengarkan suara televisi atau radio dengan volume yang normal
10) Kelelahan dan iritasi karena penderita berusaha keras untuk bisa mendengar
11) Pusing atau gangguan keseimbangan
Individu dengan kerusakan pendengaran berusaha menyembunyikan kehilangan pendengarannya. Konsekwensinya, ia sering berpura-pura mendengar padahal sebenarnya tidak.
Kesepian dan ketidak bahagiaan Meskipun setiap orang selalu menginginkan ketenangan, namun kesunyian yang dipaksakan dapat membosankan bahkan kadang menakutkan. Individu dengan kehilangan pendengaran sering merasa (terasing)
7) Kesulitan dalam mendengarkan percakapan, terutama jika di sekelilingnya berisik
8) Terdengar gemuruh atau suara berdenging di telinga (tinnitus)
9) Tidak dapat mendengarkan suara televisi atau radio dengan volume yang normal
10) Kelelahan dan iritasi karena penderita berusaha keras untuk bisa mendengar
11) Pusing atau gangguan keseimbangan
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Otoskopik
Menggunakan
alat otoskop untuk memeriksa meatus akustikus eksternus dan membrane timpani
dengan cara inspeksi :
Hasil:
a. serumen berwarna kuning, konsistensi kenta
b. dinding
liang telinga berwarna merah muda
2. Tes
Ketajaman PendengaraN
a. Tes penyaringan sederhana
Hasil :
-klien tidak
mendengar secara jelas angka-angka yang disebutkan
-klien tidak
mendengar secara jelas detak jarum jam pada jarak 1-2 inchi
b. uji
ritme
Hasil :
klien tidak mendengarkan adnya getaran garpu tala dan tidak jelas mendengar
adnya bunyi dan saat bunyi menghilang.
E.
PENATALAKSANAAN
1.
Membersihkan liang telinga dengan penghisap atau kapas dengan hati-hati.Penilaian terhadap secret,oedema dinding kanalis dan
membrane timpani bila memungkinkan.
2.
Terapi antibiotika local, topical dan sistemik
3. Terapi
analgetik
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a)
Audiometri
Audiometri dapat mengukur penurunan fungsi pendengaran secara tepat, yaitu dengan menggunakan suatu alat elektronik (audiometer) yang menghasilkan suara dengan ketinggian dan volume tertentu. Ambang pendengaran untuk serangkaian nada ditentukan dengan mengurangi volume dari setiap nada sehingga penderita tidak lagi dapat mendengarnya.Telinga kiri dan telinga kanan diperiksa secara terpisah. Untuk mengukur pendengaran melalui hantaran udara digunakan earphone, sedangkan untuk mengukur pendengaran melalui hantaran tulang digunakan sebuah alat yang digetarkan, yang kemudian diletakkan pada prosesus mastoideus.
Audiometri dapat mengukur penurunan fungsi pendengaran secara tepat, yaitu dengan menggunakan suatu alat elektronik (audiometer) yang menghasilkan suara dengan ketinggian dan volume tertentu. Ambang pendengaran untuk serangkaian nada ditentukan dengan mengurangi volume dari setiap nada sehingga penderita tidak lagi dapat mendengarnya.Telinga kiri dan telinga kanan diperiksa secara terpisah. Untuk mengukur pendengaran melalui hantaran udara digunakan earphone, sedangkan untuk mengukur pendengaran melalui hantaran tulang digunakan sebuah alat yang digetarkan, yang kemudian diletakkan pada prosesus mastoideus.
b)
Audiometri Ambang bicara
Audiometri
ambang bicara mengukur seberapa keras suara harus diucapkan supaya bisa
dimengerti. Kepada penderita diperdengarkan kata-kata yang terdiri dari 2 suku
kata yang memiliki aksentuasi yang sama, pada volume tertentu.Dilakukan
perekaman terhadap volume dimana penderita dapat mengulang separuh kata-kata
yang diucapkan dengan benar.
c)
Timpanometri
Timpanometri merupakan sejenis audiometri, yang mengukur impedansi (tahanan terhadap tekanan). Timpanometri digunakan untuk membantu menentukan penyebab dari tuli konduktif. Prosedur in tidak memerlukan partisipasi aktif dari penderita dan biasanya digunakan pada anak-anak.Timpanometer terdiri dari sebuah mikrofon dan sebuah sumber suara yang terus menerus menghasilkan suara dan dipasang di saluran telinga.Dengan alat ini bisa diketahui berapa banyak suara yang melalui telinga tengah dan berapa banyak suara yang dipantulkan kembali sebagai perubahan.
Timpanometri merupakan sejenis audiometri, yang mengukur impedansi (tahanan terhadap tekanan). Timpanometri digunakan untuk membantu menentukan penyebab dari tuli konduktif. Prosedur in tidak memerlukan partisipasi aktif dari penderita dan biasanya digunakan pada anak-anak.Timpanometer terdiri dari sebuah mikrofon dan sebuah sumber suara yang terus menerus menghasilkan suara dan dipasang di saluran telinga.Dengan alat ini bisa diketahui berapa banyak suara yang melalui telinga tengah dan berapa banyak suara yang dipantulkan kembali sebagai perubahan.
d)
Elektrokokleografi
Elektrokokleografi digunakan untuk mengukur aktivitas koklea dan saraf pendengaran.Kadang pemeriksaan ini bisa membantu menentukan penyebab dari penurunan fungsi pendengaran.
Elektrokokleografi digunakan untuk mengukur aktivitas koklea dan saraf pendengaran.Kadang pemeriksaan ini bisa membantu menentukan penyebab dari penurunan fungsi pendengaran.
G. MANIFESTASI KLINIS
1.
Agen infeksi berupa bakteri atau jamur :
a) Pseudomonas
Aeruginosa
b)Streptococcus
c) Staphylococcus
d)Aspergillus
2.
Allergen eksternal berupa:
a)Kontak dengan
kosmetik
b)Hair spray
c)Earphone
d)Anting – anting
e)Hearing aid (Alat bantu
mendengar)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Perawat
perlu melakukan anamnesa dari keluhan klien seperti :
Nyeri saat
pinna (aurikula) dan tragus bergerak
1.
Nyeri pada liang tengah
2.
Telinga terasa tersumbat
3.
Perubahan pendengaran
4.
Keluar cairan dari telinga yang
berwarna kehijauan
Riwayat
kesehatan yang perlu ditanyakan kepada klien diantaranya :
1).
Kapan keluhan nyeri terasa oleh klien
2).
Apakah klien dalam waktu dekat lalu berenang dilaut,kolam renang
3). Apakah klien sering mengorek-ngorek telinga
sehingga mengakibatkan nyeri setelah dibersihkan
4). Apakah klien pernah mengalmi trauma terbuka pada
liang telinga akibat terkena benturan sebelumnya
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1)
Gangguan rasa nyaman nyeri : nyeri pada telinga berdasarkan
dengan Reaksi inflamasi,reaksi infeksi pada telinga.
2) Perubahan persepsi sensory :
pendengaran berdasarkan dengan Obstruksi pada kanalis akustikus eksternus
akibat infeksi agen bakteri.
INTERVENSI
1)
Gangguan rasa nyaman nyeri : nyeri pada telinga berdasarkan
dengan Reaksi inflamasi,reaksi infeksi pada telinga.
Tujuan
: Rasa nyaman klien terpenuhi,nyeri
berangsur-angsur
Hilang.
Kriteria
hasil : Menunjukan rasa nyaman pada telinga
Intervensi
:
1) Kompres
air hangat local 20 menit selama 3 kali sehari dengan
menggunakan handuk dan air hangat
Rasional : untuk mengurangi nyeri telinga pasien
2) Istirahat
klien
Rasional : untuk mengurangi rasa tidak nyaman klien
3) Membatasi
gerakan kepala
Rasional : untuk memenuhi rasa nyaman pada telinga
klien
2) Perubahan persepsi sensory :
pendengaran berdasarkan dengan Obstruksi pada kanalis akustikus eksternus
akibat infeksi agen bakteri.
Tujuan
: Persepsi sensory pendengaran baik
Kriteria
Hasil : Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris,Pendengaran
sampai pada tingkat fungsional.
Intervensi :
Intervensi :
1) Ajarkan
klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran Secara tepat.
Rasioanl :
untuk memberikan pengetahuan klien untuk menggunakan dan mearawat alat
pendengaran secara tepat.
2) Instruksikan
klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman,Sehingga dapat mencegah terjadinya ketulian lebih jauh.
Rasional
: untuk mengurangi cidera pada telinga klien.
3)
Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.
Instruksikan
klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan (baik itu
antibiotik sistemik amupun lokal).
Rasional
: untuk memenuhi rasa nyaman klien.
3)
Resiko tinggi injury berdasarkan dengan penurunan proses Pendengaran.
Tujuan
: Tujuan tidak terjadi resiko injury
Kriteria
hasil : menunjukan sudah tidak terjadi injury
Intervensi
:
1) Kaji
kemampuan klien dalam memberikan obat tetes telinga atau salep
telinga
Rasional
: untuk mengurangi nyeri klien
2) Jelaskan
pada klien tentang penyakit yang dialaminya,penyebab terjadinya penyakit
tsb dan kemungkinan rencana pembedahan yang akan dilakukan pada klien.
Rasional
: untuk memberikan rasa nyaman pada klien.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ketulian disebabkan karena virus Toxoplasma Rubella atau campak, Herpes,
dan Sipilis. Terkadang kedua orang tua tidak menyadari bahwa dirinya telah
mengidap virus tersebut sehingga menyebabkan ketulian pada anaknya kelak.
Ketulian juga bisa dialami ketika anak pada masa pertumbuhan, misalnya pada saat lahir, anak lahir normal hanya saja menjelang usia 10 tahun ia mengalami sakit sehingga diberikan obat dengan dosis tinggi sehingga menyerang telinganya.
Ketulian juga bisa dialami ketika anak pada masa pertumbuhan, misalnya pada saat lahir, anak lahir normal hanya saja menjelang usia 10 tahun ia mengalami sakit sehingga diberikan obat dengan dosis tinggi sehingga menyerang telinganya.
Jadi ada gangguan pendengaran karena
obat-obatan yang memiliki efek samping menyebabkan ketulian. Seperti pil kina
juga mempunyai pengaruh yang besar pada telinga, maupun aspirin juga terbilang
rawan, oleh karena Itu harus hati-hati bila digunakan.
Faktor genetik juga bisa
mempengaruhi, misalnya kedua orang tuanya normal, namun kakek dan neneknya
memiliki riwayat pernah mengalami ketulian. Hal ini bisa berdampak pada
anak. Anak terlahir dengan disedot, vakum, Caesar juga bisa merusak saraf
pendengaran. Jika anak mengalami tuli saraf, tentu tidak bisa disembuhkan,
hanya bisa di bantu dengan alat bantu dengar semata.
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner
& Suddarth (2002),keperawatan medical bedah.Edisi 8.EGC.Jakarta
Drs.H.Syaifuddin,
AMK.Anatomi Fisiologi.Edisi 3.EGC.Jakarta.
No comments:
Post a Comment