Monday, March 18, 2019

ASUHAN KEPERAWATAN KETULIAN


ASUHAN KEPERAWATAN KETULIAN
A.      PENGERTIAN
Tuli ialah keadaan dimana orang tidak dapat  mendengar sama sekali (total deafness), suatu bentuk yang ekstrim dari kekurangan pendengaran. Istilah yang sekarang lebih sering digunakan ialah kekurangan pendengaran (hearing-loss)
(Louis,1993).

Anatomi Fisiologi Telinga
   Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
1. Telinga Luar, terdiri dari :
a.     Pinna/Aurikel/Daun Telinga
Pinna merupakan gabungan tulang rawan yang diliputi kulit, melekat pada sisi kepala.Pinna membantu mengumpulkan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus.
b.    Liang Telinga/Kanalis Autikus Externus (KAE)
Memiliki tulang rawan pada bagian lateral dan bertulang pada bagian medial, seringkali ada penyempitan liang telinga pada perbatasan tulang rawan ini.

c.     Kanalis Auditorius Exsternus
Panjangnya sekitar 2,5 cm, kulit pada kanalis mengandung kelenjar glandula seruminosa yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut juga serumen. Serumen mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan kulit. Kanalis Auditorius Eksternus akan berakhir pada membran timpani.
2.Telinga Tengah, terdiri dari :
a.     Membran Timpani/Gendang Telinga membatasi telinga luar dan  tengah.
Merupakan suatu bangunan berbentuk kerucut dengan puncak-nya umbo mengarah ke medial. Membrane timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis, lapisan fibrosa, tempat melekatnya tangkai malleus dan lapisan mukosa di bagian dalamnya.

b.    Kavum Timpani
Dimana terdapat rongga di dalam tulang temporal dan ditemu-kan 3 buah tulang pendengaran yang meliputi :
1)                  Malleus, bentuknya seperti palu, melekat pada gendang telinga.
2)                  Inkus, menghubungkan maleus dan stapes.
3)                  Stapes, melekat pda jendela oval di pintu masuk telinga dalam.
c.     Antrum Timpani
Merupakan rongga tidak teratur yang agak luas terletak dibagian bawah samping kavum timpani, antrum dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan dari lapisan mukosa kavum timpani, rongga ini berhubungan dengan beberapa rongga kecil yang disebut sellula mastoid yang terdapat dibelakang bawah antrum di dalam tulang temporalis.
d.    Tuba Auditiva Eustakhius
Dimana terdapat saluran tulang rawan yang panjangnya ± 3,7 cm berjalan miring kebawah agak ke depan dilapisi oleh lapisan mukosa. Tuba Eustakhius adalah saluran kecil yang memungkinkan masuknya udara luar ke dalam telinga.
3.Telinga Dalam, terdiri dari :
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan dengan keseimbangan.


B.       ETIOLOGI
Penurunan fungsi pendengaran bisa disebabkan oleh : Suatu masalah mekanis di dalam saluran telinga atau di dalam telinga tengah yang menghalangi penghantaran suara (penurunan fungsi pendengaran konduktif)  yaitu :
1. Kerusakan pada telinga dalam, saraf pendengaran atau jalur saraf
     Pendengaran di otak (penurunan fungsi pendengaran sensorineural).
2. Penurunan fungsi pendengaran sensorineural dikelompokkan menjadi :
a.       Penurunan fungsi pendengaran sensorik (jika kelainannya terletak pada telinga dalam.
b.      Penurunan fungsi pendengaraan neural (jika kelainannnya terletak pada saraf pendengaran  atau jalur saraf pendengaran di otak).
3. Penurunan fungsi pendengaran sensorik bisa merupakan penyakit keturunan
     Tetapi mungkin juga disebabkan oleh :
a. Trauma akustik (suara yang sangat keras)
b. Infeksi virus pada telinga dalam
c. Obat-obatan tertentu
d. Penyakit meniere.
4. Penurunan fungsi pendengaran neural bisa disebabkan oleh :
     a. Tumor oatak yang juga menyebabkan kerusakan pada saraf-saraf disekitarnya dan
batang otak
b.  Infeksi
c.  Berbagai penyakit otak dan saraf (misalnya stroke)
d. Dan beberapa penyakit keturunan (misalnya penyakit Refsum).
5. Pada anak-anak,kerusakan saraf pendengaran bisa terjadi akibat :
a. Gondongan
b. Campak jerman (rubella)
c. Meningitis
d. Infeksi telinga dalam.
Kerusakan jalur saraf pendengaran di otak bisa terjadi akibat penyakit demielinasi (penyakit  yang menyebabkan kerusakan pda selubung saraf).

C.       GEJALA KEHILANGAN PENDENGARAN
1) Deterlorisasi wicara
       Individu yang bicara dengan bagian akhir kata tidak jelas atau dihilangkan, atau mengeluarkan kata-kata bernada datar, mungkin karena tidak mendengar dengan baik, Telinga memandu suara, baik kekerasan maupun ucapannya.
2) Keletihan
      Bila Individu merasa mudah lelah ketika mendengarkan percakapan atau pidato, keletihan bisa disebabkan oleh usaha keras untuk mendengarkan. Pada keadaan ini, Individu tersebut menjadl mudah tersinggung.
3) Acuh
      Individu yang tak bisa mendengar perkataan orang lain mudah mengalami depresi dan ketidaktertarikan terhadap kehidupan secara umum. Menarik dlri dari sosial Karena tak mampu rnendengar apa yang terjadi di sekitarnya.
4)  Rasa tak nyaman
      Kehilangan rasa percaya diri dan takut berbuat salah menciptakan suatu perasaan tak aman pada kebanyakan orang dengan gangguan pendengaran. Tak ada seorang pun yang menginglnkan untuk mengatakan atau melakukan hal yang salah yang cenderung membuatnya nampak bodoh. Tak mampu membuat keputusan-prokrastinal.Kehilangan kepercayaan diri membuat seseorang dengan gangguan pendengaran sangat kesulitan untuk membuat keputusan.
5)  Kecurigaan
     Individu dengan kerusakan pendengaran, yang sering hanya mendengar sebagian dari yang dikatakan, bisa merasa curiga bahwa orang lain membicarakan dirinya atau bagian percakapan yang berhubungan dengannya sengaja diucapkan dengan lirih sehingga la tak dapat mendengarkan
6)   Kebanggaan semu
      Individu dengan kerusakan pendengaran berusaha menyembunyikan kehilangan pendengarannya. Konsekwensinya, ia sering berpura-pura mendengar padahal sebenarnya tidak.
Kesepian dan ketidak bahagiaan Meskipun setiap orang selalu menginginkan ketenangan, namun kesunyian yang dipaksakan dapat membosankan bahkan kadang menakutkan. Individu dengan kehilangan pendengaran sering merasa (terasing)
7)   Kesulitan dalam mendengarkan percakapan, terutama jika di sekelilingnya berisik
8)   Terdengar gemuruh atau suara berdenging di telinga (tinnitus)
9)   Tidak dapat mendengarkan suara televisi atau radio dengan volume yang normal
10)  Kelelahan dan iritasi karena penderita berusaha keras untuk bisa mendengar
11)   Pusing atau gangguan keseimbangan
D.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
 1. Pemeriksaan Otoskopik
Menggunakan alat otoskop untuk memeriksa meatus akustikus eksternus dan membrane timpani dengan cara inspeksi :
Hasil:
 a. serumen berwarna kuning, konsistensi kenta
 b. dinding liang telinga berwarna merah muda
 2. Tes Ketajaman PendengaraN
 a. Tes penyaringan sederhana
 Hasil :
-klien tidak mendengar secara jelas angka-angka yang disebutkan
-klien tidak mendengar secara jelas detak jarum jam pada jarak 1-2 inchi
 b. uji ritme
Hasil : klien tidak mendengarkan adnya getaran garpu tala dan tidak jelas mendengar adnya bunyi dan saat bunyi menghilang.

E.       PENATALAKSANAAN
   1. Membersihkan liang telinga dengan penghisap atau kapas dengan hati-hati.Penilaian  terhadap secret,oedema dinding kanalis dan membrane timpani bila  memungkinkan.
   2. Terapi antibiotika local, topical dan sistemik
 3. Terapi analgetik

F.       PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a)      Audiometri
Audiometri dapat mengukur penurunan fungsi pendengaran secara tepat, yaitu dengan menggunakan suatu alat elektronik (audiometer) yang menghasilkan suara dengan ketinggian dan volume tertentu. Ambang pendengaran untuk serangkaian nada ditentukan dengan mengurangi volume dari setiap nada sehingga penderita tidak lagi dapat mendengarnya.Telinga kiri dan telinga kanan diperiksa secara terpisah. Untuk mengukur pendengaran melalui hantaran udara digunakan earphone, sedangkan untuk mengukur pendengaran melalui hantaran tulang digunakan sebuah alat yang digetarkan, yang kemudian diletakkan pada prosesus mastoideus.
b)      Audiometri Ambang bicara
Audiometri ambang bicara mengukur seberapa keras suara harus diucapkan supaya bisa dimengerti. Kepada penderita diperdengarkan kata-kata yang terdiri dari 2 suku kata yang memiliki aksentuasi yang sama, pada volume tertentu.Dilakukan perekaman terhadap volume dimana penderita dapat mengulang separuh kata-kata yang diucapkan dengan benar.
c)      Timpanometri
Timpanometri merupakan sejenis audiometri, yang mengukur impedansi (tahanan terhadap tekanan). Timpanometri digunakan untuk membantu menentukan penyebab dari tuli konduktif. Prosedur in tidak memerlukan partisipasi aktif dari penderita dan biasanya digunakan pada anak-anak.Timpanometer terdiri dari sebuah mikrofon dan sebuah sumber suara yang terus menerus menghasilkan suara dan dipasang di saluran telinga.Dengan alat ini bisa diketahui berapa banyak suara yang melalui telinga tengah dan berapa banyak suara yang dipantulkan kembali sebagai perubahan.
d)     Elektrokokleografi
Elektrokokleografi digunakan untuk mengukur aktivitas koklea dan saraf pendengaran.Kadang pemeriksaan ini bisa membantu menentukan penyebab dari penurunan fungsi pendengaran.
G.      MANIFESTASI KLINIS
1.      Agen infeksi berupa bakteri atau jamur :
a) Pseudomonas Aeruginosa
b)Streptococcus
c) Staphylococcus
d)Aspergillus
2.      Allergen eksternal berupa:
a)Kontak dengan kosmetik
b)Hair spray
c)Earphone
d)Anting – anting
e)Hearing aid (Alat bantu mendengar)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
Perawat perlu melakukan anamnesa dari keluhan klien seperti :
Nyeri saat pinna (aurikula) dan tragus bergerak
1.    Nyeri pada liang tengah
2.    Telinga terasa tersumbat
3.    Perubahan pendengaran
4.    Keluar cairan dari telinga yang berwarna kehijauan
Riwayat kesehatan yang perlu ditanyakan kepada klien diantaranya :
1).  Kapan keluhan nyeri terasa oleh klien
2).  Apakah klien dalam waktu dekat lalu berenang dilaut,kolam renang
3). Apakah klien sering mengorek-ngorek telinga sehingga mengakibatkan nyeri setelah dibersihkan
4). Apakah klien pernah mengalmi trauma terbuka pada liang telinga akibat terkena benturan sebelumnya
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1)    Gangguan rasa nyaman nyeri : nyeri pada telinga berdasarkan dengan Reaksi inflamasi,reaksi infeksi pada telinga.
                        2)    Perubahan persepsi sensory : pendengaran berdasarkan dengan Obstruksi pada kanalis akustikus eksternus akibat infeksi agen bakteri.
                        3)  Resiko tinggi injury berdasarkan dengan penurunan proses Pendengaran.
INTERVENSI
1)    Gangguan rasa nyaman nyeri : nyeri pada telinga berdasarkan dengan Reaksi inflamasi,reaksi infeksi pada telinga.
Tujuan       : Rasa nyaman klien terpenuhi,nyeri berangsur-angsur
                            Hilang.
Kriteria hasil    : Menunjukan rasa nyaman pada telinga
Intervensi        :
1)    Kompres air hangat local 20 menit selama 3 kali  sehari  dengan
      menggunakan handuk dan air hangat
             Rasional     : untuk mengurangi nyeri telinga pasien
2)  Istirahat klien
               Rasional   : untuk mengurangi rasa tidak nyaman klien
3)   Membatasi gerakan kepala
              Rasional     : untuk memenuhi rasa nyaman pada telinga klien
                        2)    Perubahan persepsi sensory : pendengaran berdasarkan dengan Obstruksi pada kanalis akustikus eksternus akibat infeksi agen bakteri.
Tujuan             : Persepsi sensory pendengaran baik
Kriteria Hasil   : Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris,Pendengaran sampai pada tingkat fungsional.
Intervensi        :
1)  Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran Secara tepat.
Rasioanl : untuk memberikan pengetahuan klien untuk menggunakan dan mearawat alat pendengaran secara tepat.
2)  Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman,Sehingga dapat      mencegah terjadinya ketulian lebih jauh.
Rasional   : untuk mengurangi cidera pada telinga klien.
3)         Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.
Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan (baik itu antibiotik sistemik amupun lokal).
Rasional   : untuk memenuhi rasa nyaman klien.
                        3)  Resiko tinggi injury berdasarkan dengan penurunan proses Pendengaran.
Tujuan             : Tujuan tidak terjadi resiko injury
Kriteria hasil    : menunjukan sudah tidak terjadi   injury
Intervensi        :
1) Kaji kemampuan klien dalam memberikan obat   tetes telinga atau salep telinga
Rasional  : untuk mengurangi nyeri klien
2) Jelaskan pada klien tentang penyakit yang dialaminya,penyebab  terjadinya penyakit tsb dan kemungkinan rencana pembedahan yang akan dilakukan pada klien.
Rasional  : untuk memberikan rasa nyaman pada klien.



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
           Ketulian disebabkan karena virus Toxoplasma Rubella atau campak, Herpes, dan Sipilis. Terkadang kedua orang tua tidak menyadari bahwa dirinya telah mengidap virus tersebut sehingga menyebabkan ketulian pada anaknya kelak.           
             Ketulian juga bisa dialami ketika anak pada masa pertumbuhan, misalnya pada saat lahir, anak lahir normal hanya saja menjelang usia 10 tahun ia mengalami sakit sehingga diberikan obat dengan dosis tinggi sehingga menyerang telinganya.
               Jadi ada gangguan pendengaran karena obat-obatan yang memiliki efek samping menyebabkan ketulian. Seperti pil kina juga mempunyai pengaruh yang besar pada telinga, maupun aspirin juga terbilang rawan, oleh karena Itu harus hati-hati bila digunakan.
                Faktor genetik juga bisa mempengaruhi, misalnya kedua orang tuanya normal, namun kakek dan neneknya memiliki riwayat pernah mengalami ketulian. Hal ini bisa berdampak pada anak. Anak terlahir dengan disedot, vakum, Caesar juga bisa merusak saraf pendengaran. Jika anak mengalami tuli saraf, tentu tidak bisa disembuhkan, hanya bisa di bantu dengan alat bantu dengar semata.




DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth (2002),keperawatan medical bedah.Edisi 8.EGC.Jakarta
Drs.H.Syaifuddin, AMK.Anatomi Fisiologi.Edisi 3.EGC.Jakarta.














No comments:

Post a Comment