Keseimbangan asam basa
BAB II
Gangguan
Keseimbangan Asam Basa
A. Penilaian
Ketidakseimbangan asam basa
Penilaian Sistematik daam Penilaian gangguan asam
basa
___________________________________________________________________________
Awali dengan kecurigaan klinis yang tinggi
1. Teliti riwayat klinis dari perjalanan penyakit yang dapat mengakibatkan
ketidakseimbangan asam basa.
·
Ini membutuhkan pengetahuan tentang patogensis dari berbagai gangguan
asam basa.
·
Contohnya, asidosis respiratorik mungkin dapat diperkirakan timbul pada
penderita penyakit paru obstruksi menahun.
2. Perhatikan tanda dan gejala klinis yang mengarah
kepada gangguan asam basa.
·
Sayang sekali, banyak tanda dan gejala dari gangguan asam basa tidak
jelas dan non spesifik.
·
Contoh, pernafasan kussmaul pada pasien
diabetes dapat merupakan tanda kompensasi pernafasan terhadap asidosis
metabolik.
3. Periksa hasil pemeriksaan laboratorium untuk
elektrolit dan data lainnya yang mengarah
kepada
proses penyakit yang berkaitan dengan gangguan asam basa.
·
Contoh, hipokalemia sering berkaitan dengan alkalosis metabolik.
·
Contoh, peningkatan kadar kreatinin serum menunjukkan insufesiensi
ginjal dan insufesiensi serta gagal ginjal sering disertai asidosis metabolik.
Menilai variabel-variabel asam basa untuk mengetahui
tipe gangguan.
1. Pertama, periksa PH darah arteri untuk menentukan
arah dan besarnya gangguan asam basa.
·
Jika menurun, pasien mengalami asidemia dengan dua sebab yang mungkin :
asidosis metabolik atau asidosis respiratorik.
·
Jika meningkat, pasien mengalami alkalemia dengan dua sebab yang
mungkin : alkalosis metabolik atau alkalosis respiratorik.
·
Ingatlah bahwa kampensasi ginjal dan pernafasan
jarang memulihkan PH kembali normal sehingga jika ditemukan PH yang normal
meskipun ada perubahan dalam PaCO2 dan HCO3 ,mungkin ada gangguan campuran ; contohnya
seorang pasien dengan asidosis respiratorik yang bercampur dengan alkalosis
metabolik mungkin akan mempunyai PH yang normal.
2. Perhatikan variabel pernafasan (PaCO2) dan metabolik HCO3 , yang berhubungan dengan
PH untuk
mencoba mengetahui apakah gangguan primer bersifat respiratorik, metabolik
atau
campuran.
·
Apakah PaCO2 normal (40 mmHg), meningkat
atau menurun ?
·
Apakah HCO3 normal (24 mEq/L), meningkat
atau menurun ?
·
Tambahan : apakah ada kelebihan atau kekurangan basa ?
·
Pada gangguan asam basa sederhana, PaCO2 dan HCO3 selalu berubah dalam arah yang sama.
·
Penyimpangan dari PaCO2 dan HCO3 dalam darah yang berlawanan
menunjukkan adanya gangguan asam basa campuran.
·
Cobalah untuk menduga campuran primer dengan menghubungkan hasil
pemeriksaan yang ditemukan dengan keadaan klinis.
3. Perkirakan respon kompensatorik yang bakal
terjadi pada gangguan asam basa primer.
a. Jika respon kompensatorik
lebih berat atau ringan dari pada yang diperkirakan, mungkin ada gangguan asam
basa campuran (normogram asam basa juga dapat digunakan untuk mengetahui
gangguan asan basa campuran)
b. Hitung selisih (gap) anion
plasma.
Jika
meningkat ( >16 mEq/l ), mungkin sekali terjadi acidosis metabolik.
c. Bandingkan besarnya penurunan HCO3 plasma dengan peningkatan selisih anion :
seharusnya sama besar.
·
Jika peningkatan
< dari selisih anion penurunan HCO3 , mungkin komponen dari
acidosis metabolik disebabkan oleh kehilangan HCO3.
·
Jika peningkatan selisih dari anion jauh lebih besar
dari penurunan HCO3 berarti ada alkalosis metabolik yang
menyertainya.
4. Buat penafsiran tahap akhir.
·
gangguan asam-basa sederhana
1. Akut (tidak terkompensasi)
atau
2. Kronik (sebagian atau
sepenuhnya terkompensasi )
·
Gangguan asam-basa campuran
·
Asidosis metabolik dengan selisih anion normal atau lebar.
B. Kelainan
yang berhubungan dengan keseimbangan asam basa
1. Asidosis Metabolik (kekurangan
bikarbonat =HCO3 )
Penurunan primer kadar bikarbonat sehingga terjadi
penurunan PH ( peningkatan ion H) . HCO3 di ECF =22 mEq/L
dan PH =7,35. Kompensasi pernafasan segera dimulai untuk menurunkan PaCO2 melalui hiperventilasi
sehinga asidosis metabolik jarang terjadi secara akut.
Sebab-sebab Asidosis Metabolik.
Selisih anion normal (hiperkloremik)
1. Kehilangan bikarbonat
a. Kehilangan melalui
saluran cerna :
(1) Diare
(2) Ilieotomi ; fistula
pankreas, kantong empedu atau usus halus.
(3) Ureterosigmoidostomi
b. Kehilangan melalui ginjal
:
(1) Asidosis tubulus proksimal
ginjal (RTA)
(2) Inhibitor Karbonik
Anhidrase (Asetazolamid)
(3) Hipoaldosteronisme
2. Peningkatan beban asam
a. Amonium klorida (NH4Cl
NH3 + HCl
b. Cairan-cairan
hiperalimentasi
3. Lain-lain
Pemberian IV larutan garan
secara cepat .
Selisih anion meningkat
1. Peningkatan produksi asam
:
·
Asidosis laktat : laktat (perfusi jaringan atau aksigenasi yang tidak
memadai seperti pada syok atau henti kardiopulmonar)
·
Ketoasidosis diabetik : Beta-hidroksibutirat.
·
Kelaparan: peningkatan asam - asam keto
·
Intoksikasi alkohol : peningkatan asam-asam keto
2. Menelan substansi toksik
a. Kelebihan dosis salisilat
: Salisilat, laktat, keton
b. Metanol atau formaldehid
: formad
c. Etilglikol (antibeku) :
oksilat, glikolat
3. Kegagalan ekskresi asam
: tidak adanya ekskresi NH4 ; retensi asam sulfat dan
asam fosfat
a. gagal ginjal akut dan
kronik
2. Alkalosis
metabolik (kelebihan bikarbonat)
peningkatan primer kadar bikarbonat plasma, sehingga
terjadi peningkatan Ph (penurunan H ).
HCO3 di ECF = 2,6 mEq/l dan PH = 7,45. Kompensasi pernapasan berupa
peningkatan Pa CO2 dengan hipoventilasi ; akan
tetapi tingkat hipoventilasi adalah terbatas karena parnapasan terus berjalan
karena dorongan hipoxia.
Sebab-sebab alkalosis metabolik
Kehilangan H dari ECF.
1. Kehilangan melalui
saluran cerna (berkurangnya volume ECF)
a. Muntah atau penyedotan
nasogastrik
b. Diare dengan kehilangan
klorida
2. Kehilangan melalui ginjal
a. Diuretik simpai atau
tiazid (pembatasan NaCl + berkurangnya ECF)
b. Kelebihan
mineralokortikoid
(1). Hiperaldosteronisme
(2). Syndrom cushing ;
terapi kortikosteroid eksogen )
(3). Makan licorice
berlebihan
c. Karbenisillin atau
penicillin dosis tinggi
Retensi HCO3
1. Pemberian Natrium Bikarbonat
berlebihan
2. Sundrom susu alkali
(antasid, susu, natrium bikarbonat)
3. Darah simpan (sitrat) yang
banyak (>8unit)
4. Alkalosis metabolik
hiperkapnia (setelah koreksi pada asidosis respiratorik kronik)
·
Ventilasi mekanis: penurunan yang cepat dari PCO2 tapi HCO tetap tinggi
sampai jinjal mengeksekresi kelebihannya.
Asidosis metabilok yang responsif terhadap Klorida (Cl Kemih 10 mEq/l)
Biasanya disertai penurunan ECF
·
Muntah atau penyeditan Nasogastrik
·
Deuretik
·
Pasca-hiperkapnea
Asidosis metabolik yang resisten terhadap klorida(Cl kemih 20 mEq/l)
Biasanya tidak dirsertai penurunan Volume
ECF
·
Kelebihan mineralokortikoid
·
Keadaan Edematosa (gagal jantung kongestif, sirosis, sindrom nefrotik).
Keseimbangan sebelum terjadi
Alkalosis metabolik
3. Asidosis
Respiratorik (Kelebihan asam karbonat)
Ditandai dengan peningkatan
primer dari PaCO2 (hiperkapnea), sehingga
terjadi penurunan PH; PaCO2 >
45 mmHg dan PH . 7,35.
Kompensasi ginjal mengakibatkan peningkatan HCO3 serum. Asidosis respirasi dapat timbul secara
akut maupun kronik. Hipoksemia (PaO2 rendah) selalu menyertai asidosis respiratorik. Jika pasien bernafas
dalam udara ruangan.
Sebab-sebab asidosis respiratorik (sebab dasar = Hipoventilasi)
Hambatan pada pusat pernafasan di medula oblongata
1. Obat-obatan : Kelebihan
dosis opiat, sedatif, anestetik (akut)
2. Terapi oksigen pada
hiperkapnea kronik
3. Henti jantung (akut)
4. Apnea saat tidur
Gangguan otot-otot pernafasan dan dinding dada
1. Penyakit neuromuskuler :
miastenia gravis, sindrom guillain-Barre, poliomielitis, sklerosis lateral
amiotropik.
2. Deformitas rongga dada :
kifoskoliosis
3. Obesitas yang berlebihan :
sindrom pickwikian
4. Cedera dinding dada seperti
patah tulang-tulang iga
Gangguan pertukaran gas
1. PPOM (emfisema dan
bronkitis)
2. Tahap akhir penyakit paru
intrinsik yang difus
3. Pneumona atau asama yang
berat
4. Edema paru akut
5. Pneumotorak
Obstruksi saluran nafas atas yang akut
1. Aspirasi benda asing atau
muntah
2. Laringospasme atau edema
laring, bronkospasme berat
4. Alkalosis
respiratorik (kekurangan asam karbonat)
Penurunan primer dari PaCO2 (hipokapnea) sehinggan
terjadi penurunan PH. PaCO2 <
35 mmHG > 7,45. Kompensasi ginjal berupa penurunan ekskresi H+ dengan akibat lebih sedikit absorbsi HCO3 . Penurunan HCO3 serum berbeda-beda, tergantung apakah
keadaanya akut atau kronik.
Sebab-sebab alkalosis Respiratorik (sebab
dasar =hiperventilasi)
Perangsangan sentral terhadap pernafasan
1. Hiperventilasi psikogenik
yang disebabkan oleh stres emosional
2. Keadaan hipermetabolik :
demam, tirotoksikosis
3. Gangguan SSP
4. Cedera kepala atau gangguan
pembuluh darah otak
5. Tumor otak
6. Intoksikasi salisilat (awal)
Hipoksia
1. Pneumonia, asma, edema paru
2. Gagal jantung kongestif
3. Tinggal ditempat yang tinggi
Ventilasi mekanik yang berlebihan
C. Gangguan
asam basa campuran
Gangguan asam basa campuran
adalah keadaan dimana terdapat satu atau lebih gangguan asam basa sederhana
yang terjadi bersama-sama.
Gangguan ganda
|
Sebab-sebab yang sering
|
Efek aditif
pada perubahan PH
|
|
Asidosi metabolik + asidosis respiratorik PaCO2 terlalu tinggi HCO3 terlalu rendah pH sangat rendah
|
·
Henti kardiopulmonar
·
Pasien PPOM yang mengalami syok
·
Gagal ginjal kronik dengan kelebihan volume dan edema paru
·
Pasien dengan ketoasidosis diabetik yang mendapat narkotik kuat atau
barbiturat.
|
Alkalosis metabolik + Alkalosis respiratirik PaCO2 terlalu rendah HCO3 terlalu tinggi pH sangat tinggi
|
·
Pasien PPOM yang mendapat ventilasi berlebuhan lewat respirator
mekanik
·
Pasien hiperventilasi dengan gagal jantung kongestif atau sirosis
hati yang munyah-muntah atau mendapat pengobatan dengan deuretik kuat atau
penyedotan nasogastrik
·
Pasien cidera kepala dengan hiper ventilasi yang mendapat deuretik
|
Efek yang
mengukuti perubahan pH
|
|
Asidosis metabolik + Alkalosis respiratorik PCO2 terlalu rendah HCO3 terlalu rendah pH mendekati normal
|
·
Asidosis laktat sebagai komplikasi syok septik
·
Sindrom hepato renal
·
Intoksikasi salisilat
|
Alkalosis metabolik + Asidosis respiratorik PaCO2 terlalu tinggi HCO3 terlalu tinggi pH
mendekati normal
|
·
Pasien PPOM yang muntah atau yang menjalani penyedotan nasogastrik
atau deuretik kuat
·
Sindrom distres paru dewasa
|
Tabel gangguan
keseimbangan asam basa
Asidosis Respiratorik
Penyebab : Hiperventiasi
Hasil : HCO3
24,0 mEq/L
H2CO3 2,7 mEq/L
Rasio 8,8 : 1
PCO2 90,0 mmHg
PH 7,2
Mekanisme kompensasi :
Meningkatkan respirasi, Amonia ginjal dan ekskresi asam meningkat, penahanan
ginjal ; dominasi buffer basa
Hasil : HCO3
38,1 mEq/L
H2CO3 2,5 mEq/L
Rasio 15,2 : 1
PCO2 80,0 mmHg
PH 7,3
|
Alkalosis
Metabolik
Penyebab : Muntah, pengeluaran cairan lambung,
over dosis NaHCO3, terapi diuretik berlebihan dengan kehilangan asam
Hasil : HCO3
38,0 mEq/L
H2CO3 1,2
mEq/L
Rasio 31,6 : 1
PCO2 40,0 mmHg
PH 7,6
Mekanisme kompensasi :
Pernafasan lambat, dangkal , Peningkatan ekkresi
bikarbonat pada ginjal, penahanan asam ; dominasi buffer asam
Hasil : HCO3
34,5 mEq/L
H2CO3 1,33 mEq/L
Rasio 25,9 : 1
PCO2 45,0 mmHg
PH 7,5
|
||
NORMAL
HCO3 + :
H2CO3 :
Rasio :
PCO2 :
PH :
|
24,0
mEq/L
1,2 mEq/L
20
: 1
40,0
mmHg
7,4
|
||
Asidosis
Metabolik
Penyebab : asidosis nefritis (penurunan eksresi metabolisme asam ), asidosis
diabetik (pengeluaran produksi metabolisme asam), diare, fistula pencernaan
(kehilangan bikarbonat utama)
Hasil : HCO3
15.0 mEq/L
H2CO3 1,2
mEq/L
Rasio 12,5 : 1
PCO2 40,0 mmHg
PH 7,2
Mekanisme kompensasi :
Peningkatan respirasi, peningkatan amonia di
ginjal, peningkatan ekskresi asam, penahanan bikarbonat : dominasi buffer
asam
Hasil :
HCO3 17,2 mEq/L
H2CO3 0,9 mEq/L
Rasio 19 : 1
PCO2 30,3 mmHg
PH 7,38
|
Alkalosis
Respiratorik
Penyebab : Hiperpnea , demam
Hasil : HCO3
24,0 mEq/L
H2CO3 0,6 mEq/L
Rasio 40 : 1
PCO2 20,0 mmHg
PH 7,55
Mekanisme kompensasi :
Penurunan respirasi, peningkatan ekskresi
bikarbonat diginjal, penahanan asam : dominasi buffer asam
Hasil : HCO3
20,0 mEq/l
H2CO3 0,8 mEq/L
Rasio 25 : 1
PCO2 25,0 mmHg
PH 7,52
FIK UI B’
95
|
||
BAB III
INTERVENSI
KEPERAWATAN
A. Asidosis
Metabolik
1. Independen
·
Monitor tekanan darah, frekwensi nadi / ritme
·
Kaji tingkat kesadaran dan catat perubahan progresif, kondisi
neuromuskuler misalnya : kekuatan, tonus otot, pergerakan.
·
Bila terjadi koma, lakukan : tempat tidur direndahkan, gunakan
penghalang tempat tidur, observasi yang sering.
·
Observasi respirasi mengenai
jumlah dan kedalamannya.
·
Kaji temperatur kulit : warna dan perfusi jaringan
·
Auskultasi bunyi bising usus
·
Monitor intake dan out put serta berat badan setiap hari
·
Tes atau monitor PH urine
·
Jaga kebersihan mulut dengan kumur cairan sodium bikarbona, lemon atau
boraks gliserin
2. Kolaborasi
·
Bantu dengan mengidentifikasi / mengobati sesuai penyebabnya
·
Monitor analisa gas darah
·
Monitor serum elektrolit dan potasium
·
Berikan cairan sesuai indikasi, tergantung pada etiologi antara lain
Dekst. 5 %/saline solution
·
Berikan obat-obatan sesuai dengan indikasi antara lain :
·
Sodium bikarbonat/laktat atau saline melalui intra vena (mengoreksi
defisit bikarbonat/mengoreksi asidosis dengan PH , 7,2)
·
Potasium clorida (defisit serum)
·
Phospat (kronik asidosis dengan hipophopatemia)
·
Calsium (fungsi neuro muskuler)
·
Modifikasi diet sesuai dengan indikasi, contohnya : Diet rendah
protein, tinggi karbohidrat bila terdapat gagal ginjal atau diabetes.
·
Laksanakan terapi dralisil bila diindikasikan
B. Alkalosis Metabolik
1.
Independen
·
Monitor jumlah pernafasan, ritme dan kedalamannya
·
Monitor jumlah nadi dan ritmenya
·
Monitor intake dan out put serta berat badan tiap hari
·
Batasi intake oral dan kurangi stimulus lingkungan, lakukan suction
secara intermiten bila terpasang NGT, irigasi/bilas lambung dengan cairan
isotonik
·
Anjurkan intak cairan dan makanan tinggi potasium dan kalsium sedapat
mungkin (tergantung pada tingkat kalsium dan potasium dalam darah), contohnya :
buah anggur dan buah apel, pisang, Cauli flower (kembang kol), buah kering
(manisan), kolang-kaling, biji gandum.
·
Lanjutkan pemberian terapi diuretik secara teratur, contoh lasik,
etherynic acid.
·
Instruksikan pasien untuk mencegah hilangnya, sejumlah bikarbonat (anjurkan
pasien untuk minum susu)
2.
Kolaborasi
·
Bantu dengan mengidentifikasi/mengobati sesuai penyebabnya
·
Analisa gas darah, serum elektrolit, BUN
·
Berikan obat-obatan
·
Sodium clorida/cairan ringer laktat secara intra vena jika tidak ada
kontra indikasi.
·
Amonium clorida atau arginin
hidroklorida untuk mencegah penurunan PH
·
Potasium clorida untuk mengatsi hipokalemia
·
Diamox
·
Spironolakton
·
Cugah atau batasi pengguanan sedatif/penenang
·
Anjurkan/laksanakan pemberian cairan secara intra vena
·
Berikan oksigen sesuai indikasi dan obat-obatan respiratori untuk
mengatasi kondisi ventilasi
·
Bantu dengan dralisis jika diperlukan
C. Asidosis Respiratori
1.
Independen
·
Monitor jumlah pernafasan, kedalaman dan kesulitan pasien bernafas
(cuping hidung)
·
Auskultasi suara nafas
·
Kaji penurunan tingkat kesadaran
·
Monitor denyut nadi dan ritmenya
·
Catat warna kulit dan kelembabannya
·
Anurkan pasien untuk batuk dan nafas dalam, tempatkan pada posisi
semifowler, lakukan suction jika perlu, berikan nafas tambahan/oksigen sesuai
indikasi
2.
Kolaborasi
·
Bantu dengan mengidntifikasi/mengobati sesuai penyebabnya
·
Monitor analisa gas darah dan kadar serum elektrolit
·
Berikan oksigen sesuai indikasi melalui masker, kanule atau ventrilasi
mekanik/ventilator
·
Tingkatkan jumlah pernafasan atau tidal volume
·
Berikan obat sesuai indikasi antara lain :
·
Naloxane hidroclorida (narcan) untuk menstimulasi fungsi pernafasan
dalam pasien menggunakan obat sedatif
·
Sodium bikarbonat
·
Cairan IV seperti RL atau 0,6 M cairan Na lactal
·
Potasium clorida
·
Batasi pengguanan obat penenang atau tranquillizer
·
Jaga kelembaban dengan menggunakan humidikasi
·
Berikan chist terapi dada termasuk didalamnya postural drainage
·
Bantu dengan alat bantu ventilator jika perlu
D. Alkalosis Respiratori
1. Independen
·
Monitor jumlah pernafasan, kedalaman dan usahanya/kesulitan pasien
bernafas (cuping hidung dll)
·
Pastikan penyebab hiperventilasi jika mungkin seperti kecemasan, nyeri
·
kaji tingkat kesadaran dan catat status neuromuskuler
·
Ajarkan pasien cara bernafas yang benar dan bantu pasien jika
mengguanakan alat bantu pernafasan,
misalnya masker
·
Bantu Pasien untuk bersikap tenang
·
Berikan pengaman bila perlu, misal tempat tidur direndahkan,
penghalang tempat tidur dan observasi
yang sering
2.
Kolaborasi
·
Bantu dengan mengidentifikasi/mengobati sesuai dengan penyebab
·
Monitor analisa gas darah
·
Monitor serum potasium
·
Berikan sedativ jika ada indikasi
·
Gunakan alat bantu pernafasan masker untuk mempertahankan/mengembalikan
CO2. Kurangi frekwensi nafas/tidal volume dengan alat bantu ventilator
DAFTAR KEPUSTAKAAN
·
Guyton, Arthur C, Fisiologi Manusia dan Mekanisme
Penyakit, EGC Penerbitan Buku Kedokteran, Jakarta, 1987.
·
Price Sylvia Anderson; Wilson Mc. Carty,
Pathofisiologi Konsep Klinik Proses-proses Penyakit, EGC Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta, 1993.
·
Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, UI Press, Jakarta,
1991.
-------, Dasar-dasar
Keperawatan Kardiotorasik, Rumah Sakit Jantung “Harapan Kita”, Jakarta, 1989
Gangguan
Keseimbangan Asam Basa
A. Penilaian
Ketidakseimbangan asam basa
Penilaian
Sistematik dan Penilaian gangguan asam basa
_____________________________________________________
kecurigaan
klinis
1.
Teliti riwayat klinis dari perjalanan penyakit yang dapat mengakibatkan
ketidakseimbangan asam basa.
2.
Perhatikan tanda dan gejala
klinis yang mengarah kepada gangguan asam basa.
3.
Periksa hasil pemeriksaan
laboratorium untuk elektrolit dan data lainnya yang mengarah kepada proses
penyakit yang berkaitan dengan gangguan asam basa.
Menilai
variabel-variabel asam basa untuk mengetahui tipe gangguan.
1.
Pertama, periksa PH darah
arteri untuk menentukan arah dan besarnya gangguan asam basa.
2.
Perhatikan
variabel pernafasan (PaCO2) dan metabolik HCO3
, yang berhubungan dengan
PH untuk mencoba mengetahui apakah gangguan
primer bersifat respiratorik, metabolik
atau campuran.
3.
Perkirakan respon
kompensatorik yang bakal terjadi pada gangguan asam basa primer.
4.
Buat penafsiran tahap akhir.
B. Kelainan
yang berhubungan dengan keseimbangan asam basa
1. Asidosis Metabolik (kekurangan bikarbonat
=HCO3 )
Sebab-sebab Asidosis Metabolik.
Selisih anion normal (hiperkloremik)
1. Kehilangan bikarbonat
a. Kehilangan melalui saluran cerna :
b. Kehilangan melalui ginjal :
2. Peningkatan beban asam
a. Amonium klorida
(NH4Cl NH3 + HCl)
b. Cairan-cairan hiperalimentasi
3. Lain-lain
Pemberian IV larutan garan secara cepat .
Selisih anion meningkat
1.
Peningkatan produksi asam :
2.
Menelan substansi toksik.
Kegagalan ekskresi asam : tidak adanya
ekskresi NH4 ; retensi asam sulfat dan asam
fosfat (gagal ginjal akut dan kronik)
2. Alkalosis
metabolik (kelebihan bikarbonat)
Sebab-sebab alkalosis metabolik
· Kehilangan H dari ECF.
· Retensi HCO3
· Asidosis metabilok yang responsif terhadap Klorida (Cl Kemih 10 mEq/l)
· Asidosis metabolik yang resisten terhadap klorida(Cl kemih 20 mEq/l)
3. Asidosis
Respiratorik (Kelebihan asam karbonat)
Sebab-sebab asidosis respiratorik (sebab dasar = Hipoventilasi)
1.
Hambatan pada pusat
pernafasan di medula oblongata
2.
Gangguan otot-otot pernafasan dan dinding dada
3.
Gangguan pertukaran gas
4.
Obstruksi saluran nafas atas
yang akut
4. Alkalosis
respiratorik (kekurangan asam karbonat)
Penurunan primer dari PaCO2 (hipokapnea) sehinggan
terjadi penurunan PH. PaCO2 <
35 mmHG > 7,45. Kompensasi ginjal berupa penurunan ekskresi H+ dengan akibat lebih sedikit absorbsi HCO3 . Penurunan HCO3 serum berbeda-beda, tergantung apakah
keadaanya akut atau kronik.
Sebab-sebab alkalosis Respiratorik (sebab
dasar =hiperventilasi)
Perangsangan sentral terhadap pernafasan
1. Hiperventilasi psikogenik
yang disebabkan oleh stres emosional
2. Keadaan hipermetabolik :
demam, tirotoksikosis
3. Gangguan SSP
4. Cedera kepala atau gangguan
pembuluh darah otak
5. Tumor otak
6. Intoksikasi salisilat (awal)
Hipoksia
1. Pneumonia, asma, edema paru
2. Gagal jantung kongestif
3. Tinggal ditempat yang tinggi
Ventilasi mekanik yang berlebihan
C. Gangguan
asam basa campuran
Gangguan asam basa campuran
adalah keadaan dimana terdapat satu atau lebih gangguan asam basa sederhana
yang terjadi bersama-sama.
Gangguan ganda
|
Sebab-sebab yang sering
|
Efek aditif
pada perubahan PH
|
|
Asidosi metabolik + asidosis respiratorik PaCO2 terlalu tinggi HCO3 terlalu rendah pH sangat rendah
|
·
Henti kardiopulmonar
·
Pasien PPOM yang mengalami syok
·
Gagal ginjal kronik dengan kelebihan volume dan edema paru
·
Pasien dengan ketoasidosis diabetik yang mendapat narkotik kuat atau
barbiturat.
|
Alkalosis metabolik + Alkalosis respiratirik PaCO2 terlalu rendah HCO3 terlalu tinggi pH sangat tinggi
|
·
Pasien PPOM yang mendapat ventilasi berlebuhan lewat respirator mekanik
·
Pasien hiperventilasi dengan gagal jantung kongestif atau sirosis
hati yang munyah-muntah atau mendapat pengobatan dengan deuretik kuat atau
penyedotan nasogastrik
·
Pasien cidera kepala dengan hiper ventilasi yang mendapat deuretik
|
Efek yang
mengukuti perubahan pH
|
|
Asidosis metabolik + Alkalosis respiratorik PCO2 terlalu rendah HCO3 terlalu rendah pH mendekati normal
|
·
Asidosis laktat sebagai komplikasi syok septik
·
Sindrom hepato renal
·
Intoksikasi salisilat
|
Alkalosis metabolik + Asidosis respiratorik PaCO2 terlalu tinggi HCO3 terlalu tinggi pH
mendekati normal
|
·
Pasien PPOM yang muntah atau yang menjalani penyedotan nasogastrik
atau deuretik kuat
·
Sindrom distres paru dewasa
|
Tabel gangguan
keseimbangan asam basa
Asidosis
Respiratorik
Penyebab : Hiperventiasi
Hasil : HCO3
24,0 mEq/L
H2CO3 2,7 mEq/L
Rasio 8,8 : 1
PCO2 90,0 mmHg
PH 7,2
Mekanisme kompensasi :
Meningkatkan respirasi, Amonia ginjal dan ekskresi asam meningkat, penahanan
ginjal ; dominasi buffer basa
Hasil : HCO3
38,1 mEq/L
H2CO3 2,5 mEq/L
Rasio 15,2 : 1
PCO2 80,0 mmHg
PH 7,3
|
Alkalosis Metabolik
Penyebab : Muntah, pengeluaran cairan lambung,
over dosis NaHCO3, terapi diuretik berlebihan dengan kehilangan asam
Hasil : HCO3
38,0 mEq/L
H2CO3 1,2
mEq/L
Rasio 31,6 : 1
PCO2 40,0 mmHg
PH 7,6
Mekanisme kompensasi :
Pernafasan lambat, dangkal , Peningkatan ekkresi
bikarbonat pada ginjal, penahanan asam ; dominasi buffer asam
Hasil : HCO3
34,5 mEq/L
H2CO3 1,33 mEq/L
Rasio 25,9 : 1
PCO2 45,0 mmHg
PH 7,5
|
|||
NORMAL
HCO3 +
24,0 mEq/L
H2CO3 1,2 mEq/L
Rasio 20 : 1
PCO2 40,0 mmHg
PH 7,4
|
||||
Asidosis Metabolik
Penyebab : asidosis nefritis (penurunan eksresi metabolisme asam ), asidosis
diabetik (pengeluaran produksi metabolisme asam), diare, fistula pencernaan
(kehilangan bikarbonat utama)
Hasil : HCO3
15.0 mEq/L
H2CO3 1,2
mEq/L
Rasio 12,5 : 1
PCO2 40,0 mmHg
PH 7,2
Mekanisme kompensasi :
Peningkatan respirasi, peningkatan amonia di
ginjal, peningkatan ekskresi asam, penahanan bikarbonat : dominasi buffer
asam
Hasil :
HCO3 17,2 mEq/L
H2CO3 0,9 mEq/L
Rasio 19 : 1
PCO2 30,3 mmHg
PH 7,38
|
Alkalosis Respiratorik
Penyebab : Hiperpnea , demam
Hasil : HCO3
24,0 mEq/L
H2CO3 0,6 mEq/L
Rasio 40 : 1
PCO2 20,0 mmHg
PH 7,55
Mekanisme kompensasi :
Penurunan respirasi, peningkatan ekskresi
bikarbonat diginjal, penahanan asam : dominasi buffer asam
Hasil : HCO3
20,0 mEq/l
H2CO3 0,8 mEq/L
Rasio 25 : 1
PCO2 25,0 mmHg
PH 7,52
|
|||
BAB III
INTERVENSI
KEPERAWATAN
A. Asidosis
Metabolik
1. Independen
·
Monitor tekanan darah, frekwensi nadi / ritme
·
Kaji tingkat kesadaran dan catat perubahan progresif, kondisi
neuromuskuler misalnya : kekuatan, tonus otot, pergerakan.
·
Bila terjadi koma, lakukan : tempat tidur direndahkan, gunakan
penghalang tempat tidur, observasi yang sering.
·
Observasi respirasi mengenai
jumlah dan kedalamannya.
·
Kaji temperatur kulit : warna dan perfusi jaringan
·
Auskultasi bunyi bising usus
·
Monitor intake dan out put serta berat badan setiap hari
·
Tes atau monitor PH urine
·
Jaga kebersihan mulut dengan kumur cairan sodium bikarbona, lemon atau
boraks gliserin
2. Kolaborasi
·
Bantu dengan mengidentifikasi / mengobati sesuai penyebabnya
·
Monitor analisa gas darah
·
Monitor serum elektrolit dan potasium
·
Berikan cairan sesuai indikasi, tergantung pada etiologi antara lain
Dekst. 5 %/saline solution
·
Berikan obat-obatan sesuai dengan indikasi antara lain :
·
Sodium bikarbonat/laktat atau saline melalui intra vena (mengoreksi
defisit bikarbonat/mengoreksi asidosis dengan PH , 7,2)
·
Potasium clorida (defisit serum)
·
Phospat (kronik asidosis dengan hipophopatemia)
·
Calsium (fungsi neuro muskuler)
·
Modifikasi diet sesuai dengan indikasi, contohnya : Diet rendah
protein, tinggi karbohidrat bila terdapat gagal ginjal atau diabetes.
·
Laksanakan terapi dralisil bila diindikasikan
B. Alkalosis Metabolik
1.
Independen
·
Monitor jumlah pernafasan, ritme dan kedalamannya
·
Monitor jumlah nadi dan ritmenya
·
Monitor intake dan out put serta berat badan tiap hari
·
Batasi intake oral dan kurangi stimulus lingkungan, lakukan suction
secara intermiten bila terpasang NGT, irigasi/bilas lambung dengan cairan
isotonik
·
Anjurkan intak cairan dan makanan tinggi potasium dan kalsium sedapat
mungkin (tergantung pada tingkat kalsium dan potasium dalam darah), contohnya :
buah anggur dan buah apel, pisang, Cauli flower (kembang kol), buah kering
(manisan), kolang-kaling, biji gandum.
·
Lanjutkan pemberian terapi diuretik secara teratur, contoh lasik,
etherynic acid.
·
Instruksikan pasien untuk mencegah hilangnya, sejumlah bikarbonat
(anjurkan pasien untuk minum susu)
2.
Kolaborasi
·
Bantu dengan mengidentifikasi/mengobati sesuai penyebabnya
·
Analisa gas darah, serum elektrolit, BUN
·
Berikan obat-obatan
·
Sodium clorida/cairan ringer laktat secara intra vena jika tidak ada
kontra indikasi.
·
Amonium clorida atau arginin
hidroklorida untuk mencegah penurunan PH
·
Potasium clorida untuk mengatsi hipokalemia
·
Diamox
·
Spironolakton
·
Cugah atau batasi pengguanan sedatif/penenang
·
Anjurkan/laksanakan pemberian cairan secara intra vena
·
Berikan oksigen sesuai indikasi dan obat-obatan respiratori untuk
mengatasi kondisi ventilasi
·
Bantu dengan dralisis jika diperlukan
C. Asidosis Respiratori
1.
Independen
·
Monitor jumlah pernafasan, kedalaman dan kesulitan pasien bernafas
(cuping hidung)
·
Auskultasi suara nafas
·
Kaji penurunan tingkat kesadaran
·
Monitor denyut nadi dan ritmenya
·
Catat warna kulit dan kelembabannya
·
Anurkan pasien untuk batuk dan nafas dalam, tempatkan pada posisi
semifowler, lakukan suction jika perlu, berikan nafas tambahan/oksigen sesuai
indikasi
2.
Kolaborasi
·
Bantu dengan mengidntifikasi/mengobati sesuai penyebabnya
·
Monitor analisa gas darah dan kadar serum elektrolit
·
Berikan oksigen sesuai indikasi melalui masker, kanule atau ventrilasi
mekanik/ventilator
·
Tingkatkan jumlah pernafasan atau tidal volume
·
Berikan obat sesuai indikasi antara lain :
·
Naloxane hidroclorida (narcan) untuk menstimulasi fungsi pernafasan
dalam pasien menggunakan obat sedatif
·
Sodium bikarbonat
·
Cairan IV seperti RL atau 0,6 M cairan Na lactal
·
Potasium clorida
·
Batasi pengguanan obat penenang atau tranquillizer
·
Jaga kelembaban dengan menggunakan humidikasi
·
Berikan chist terapi dada termasuk didalamnya postural drainage
·
Bantu dengan alat bantu ventilator jika perlu
D. Alkalosis Respiratori
1. Independen
·
Monitor jumlah pernafasan, kedalaman dan usahanya/kesulitan pasien
bernafas (cuping hidung dll)
·
Pastikan penyebab hiperventilasi jika mungkin seperti kecemasan, nyeri
·
kaji tingkat kesadaran dan catat status neuromuskuler
·
Ajarkan pasien cara bernafas yang benar dan bantu pasien jika
mengguanakan alat bantu pernafasan,
misalnya masker
·
Bantu Pasien untuk bersikap tenang
·
Berikan pengaman bila perlu, misal tempat tidur direndahkan,
penghalang tempat tidur dan observasi
yang sering
2.
Kolaborasi
·
Bantu dengan mengidentifikasi/mengobati sesuai dengan penyebab
·
Monitor analisa gas darah
·
Monitor serum potasium
·
Berikan sedativ jika ada indikasi
Gunakan alat bantu pernafasan masker untuk
mempertahankan/mengembalikan CO2. Kurangi frekwensi nafas/tidal volume dengan
alat bantu ventilator
No comments:
Post a Comment